Mohon tunggu...
Agus Trisa
Agus Trisa Mohon Tunggu... -

Seorang ayah dengan dua orang anak dan seorang istri.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kritik-Kritik Hizbut Tahrir

11 April 2015   10:18 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:15 1534
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang ada perubahan, dari rezim sebelumnya ke pemerintahan Dr. Mursy. Tetapi perubahan itu bukanlah pada persoalan yang paling mendasar (pemikiran, perasaan, dan sistem). Perubahan yang terjadi adalah perubahan kebijakan, pada sistem yang tetap. Misalnya, beliau menaikkan gaji PNS sampai 200%, beliau mengadakan swasembada pangan sampai 60% (sebelumnya hanya 20%), membangun pabrik mobil dan persenjataan dalam negeri, dan sebagainya.

Tetapi perubahan-perubahan semacam itu ternyata tidak berdampak positif pada perubahan masyarakat. Mengapa? Sebab, perubahan-perubahan itu tetap pada tataran sistem demokrasi dan sekular. Sekalipun ada perubahan, tetapi kedua sistem ini tidak tergusur. Mesir masih terikat dengan sistem kapitalis, baik dari dalam maupun luar negeri. Bahkan Dr. Mursy memiliki pandangan untuk melakukan pinjaman ke IMF. Ini artinya, beliau belum bisa melepaskan diri dari cengkeraman kapitalisme; yang artinya, belum ada perubahan masyarakat ke arah Islam dari kasus Mesir. Padahal, perubahan masyarakat mengharuskan terjadinya perubahan secara mendasar dan totalitas.

Dengan realitas semacam itu, wajar jika Hizbut Tahrir melakukan kritik. Sebab, Hizbut Tahrir memandang segala perubahan itu dalam kacamata perubahan masyarakat, bukan perubahan individu. Artinya, perubahan masyarakat harus ditandai dengan perubahan pemikiran dan perasaan yang mengikat masyarakat, dari pemikiran dan perasaan yang belum Islami menjadi pemikiran dan perasaan yang islami. Demikian pula perubahan sistemnya, harus berubah. Sistem tersebut meliputi politik pemerintahan, politik ekonomi, politik sosial, kesehatan, pendidikan, keamanan, kehakiman, dan sebagainya.

Jika demikian, apakah semua kepribadian dan kebijakan Presiden Mursy itu tidak dianggap sebagai sebuah kebaikan? Tentu baik, jika dilihat dalam kacamata perubahan individu dan perubahan yang bersifat parsial. Namun dalam konteks perubahan sistem dan perubahan masyarakat, hal tersebut belum bisa dianggap berubah.

Contoh lain adalah soal kebijakan Perdana Menteri Turki, Erdogan. Kepala pemerintahan Turki ini seringkali dinilai sebagai pemimpin yang Islami. Di antara kebijakan yang dinilai baik adalah dia memperjuangkan agar wanita berbusana muslimah bisa masuk ke dalam pemerintahan. Contoh lainnya adalah bahwa beliau melarang penjualan alkohol dalam jarak 100 meter dari sekolah-sekolah untuk melindungi siswa dari bahaya alkohol. Contoh lainnya, selama kepemimpinan beliau selama 10 tahun, kesejahteraan masyarakat meningkat tajam. Pendapatan per kapita naik, dari 3.000 dollar per tahun menjadi 11.000 dollar per tahun. Pengangguran ditekan dengan sangat baik. Dan lain-lain. Semua itu menunjukkan keberpihakan Erdogan kepada rakyat. Atas dasar itu pula, pemerintahan Erdogan dianggap sebagai pemerintahan yang baik dan selalu diberitakan di media-media Islam.

Tetapi dalam konteks yang lain, ternyata Hizbut Tahrir juga melemparkan kritik kepada pemimpin pemerintahan Turki itu. Kritik Hizbut Tahrir itu dinilai sebagai bentuk sikap yang keterlaluan dan tidak wajar. Di saat Erdogan dielu-elukan, di sisi lain Hizbut Tahrir justru mengkritiknya. Apa yang salah?

Sebagaimana telah dijelaskan di atas, Hizbut Tahrir memandang perubahan yang baik itu hanya jika masyarakat telah memiliki pemikiran Islam, perasaan Islam, dan sistem politik Islam. Perubahan-perubahan yang terjadi di Turki, hanya menunjukkan perubahan di tempat. Artinya, perubahan itu adalah perubahan dalam rel yang sama, yaitu sistem demokrasi. Kedaulatan yang ada di negara Turki, tetap berada di tangan manusia. Memang Turki seringkali bertindak keras kepada Yahudi Israel. Tetapi Turki juga masih berhubungan baik dengan negara-negara kafir harbi seperti Amerika Serikat dan Inggris. Bahkan Presiden Abdullah Gul, mendapat gelar ‘Knight Grand Cross in the Order of Bath’ dari Ratu Elizabeth dari Inggris. Ini menunjukkan bahwa Turki belum bisa melepaskan pengaruh asing dari dalam dirinya. Karena itulah, Hizbut Tahrir telah melakukan kritik terhadap pemerintahan Erdogan. Semata-mata karena sudut pandang Hizbut Tahrir dalam memahami ‘perubahan hakiki’ itu hanyalah pada Islam yang diterapkan secara menyeluruh. Bukan perubahan yang bersifat parsial, dan dalam rel yang sama.

Kasus lainnya adalah naiknya Raja Salman ke tampuk pemerintahan dan politik Arab Saudi. Hizbut Tahrir pun memberikan catatan dan kritik terhadap pengangkatan raja baru tersebut. Padahal, sebagian kalangan memberikan harapan positif terhadap Raja Salman. Misalnya saja, Raja Salman lebih memilih untuk menyegerakan salat karena telah mendengar azan ketika penyambutan Obama. Peristiwa ini dianggap sebagai sikap positif Raja Salman terhadap salah satu perintah Allah, yaitu menyegerakan salat.

Betul, bahwa Raja Salman menyegerakan salat ketika Obama tiba, adalah perbuatan baik. Tetapi hal tersebut tidak berarti bahwa Raja Salman ‘baik’ dalam semua aspek. Bahkan dalam beberapa aspek, beliau justru tetap saja meneruskan kebijakan raja lama, yaitu Raja Abdullah untuk membina hubungan baik dengan negara kafir harbi Amerika Serikat dan Inggris. Dalam konteks individu, Raja Salman memang Islami, tetapi dalam konteks sebagai pemimpin masyarakat, beliau belum bisa dikatakan Islami. Kritik Hizbut Tahrir adalah pada kebijakan dan perilaku politik para pemimpin politik, bukan pada individu-individunya. Mengapa? Sebab, (sekali lagi) Hizbut Tahrir bergerak dalam ranah perubahan masyarakat, bukan pada perubahan individu.

Jadi, semua ini berangkat dari pemahaman Hizbut Tahrir dalam memandang perubahan masyarakat. Bahwa perubahan masyarakat hanya akan terjadi dengan terjadinya perubahan individu, perubahan pemikiran, perasaan, dan sistem yang dianut oleh suatu masyarakat. Tidak cukup hanya mengganti individu-individunya saja.

Berdasarkan penjelasan-penjelasan tersebut, maka sungguh tidak nyambung aliasout of context, jika ada orang yang berkata, “Hizbut Tahrir hanya bisa berwacana dan mengkritisi, sementara Erdogan sudah berbuat banyak.” Atau, ada orang berkata, “Hizbut Tahrir adalah kelompok liberal karena telah turut menentang Dr. Muhammad Mursy.” Atau ungkapan-ungkapan sejenis. Itu semua adalah ungkapan yang tidak nyambung. Justru ungkapan-ungkapan seperti itu lebih mengesankan sikap emosional daripada sikap rasional.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun