Ia lalu merasakan nikmatnya bersikap rela jika harus kehilangan harta, meskipun itu menjadi haknya. Kenikmatan paling penting yang ia rasakan adalah nikmat sehat karena ia mengaku belum pernah sekalipun merasakan jarum infus, meskipun sudah lama pensiun. Ia pun kini hidup tanpa seorang istri di sampingnya. Meski demikian, ia masih dapat mengunjungi atau dikunjungi oleh anak, menantu atau cucu-cucunya bahkan cicitnya terutama mereka yang berdomisili tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Menikmati Hari Tua dengan Kesehatan Optimal
Menjelang akhir perjalanan, penulis penasaran mempertanyakan usianya karena sepertinya Bapak ini seumuran dengan beberapa pensiunan guru yang penulis kenal. Hal ini sehubungan dengan pengakuannya sebagai pensiunan guru Sekolah Dasar (SD). Ternyata ia memang mengaku mengenal sosok-sosok yang penulis sebutkan. Ia lalu menyebut usianya sudah 78 tahun.
Semoga kisah ini memberikan motivasi bagi kita untuk terus menjaga hubungan silaturrahim dan tidak memendam dendam dalam diri. Mari hindari keburukan dari sifat api yang membuat kita menjadi tamak atau rakus. Sebaliknya mari memelihara sifat air yang senantiasa mengalir ke tempat yang rendah dan pasti sanggup memadamkan api dalam diri. Jika silaturrahim dijaga, hati dijauhkan dari dendam dan bersikap rela saat harta terlepas dari genggaman maka bukan hanya rezeki yang akan datang dari arah yang tak diduga tetapi juga kesehatan akan dinikmati. Demikian pesan dan motivasi yang penulis dapatkan dalam perjalanan bersama seorang Bapak yang menurut penulis sangat tawadhu atau rendah hati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H