Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Usia Senja tapi Belum Disentuh Jarum Infus, Ternyata Ini Rahasia Spiritualnya

18 Desember 2024   09:33 Diperbarui: 18 Desember 2024   09:58 73
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar orang tua (Sumber: istimewa)

Perjalanan hari ini cukup berkesan bagi penulis, bersama seorang Bapak yang kira-kira berusia 70 hingga 80 tahun. Sejak pertama bertemu, ia tidak pernah melepas maskernya. Ia baru melepasnya saat kami mampir menunaikan salat Asar.

Tentu sebagai pembuka pembicaraan kami berbasa-basi tentang tempat tinggal masing-masing. Ia mengaku baru saja dari rumah anak bungsunya. Saat penulis bertanya, mengapa ia tidak bermalam padahal sudah sore menjelang senja? Ia menjawab bahwa ia ingin kembali ke kampungnya, karena ada tetangganya yang akan berangkat ke Riau esok hari.

Berdasarkan alasan kepulangannya ini saja sudah membuat penulis berpikir, bahwa pria ini punya keistimewaan. Ia rela menanggung resiko kembali ke kampung yang berjarak sekitar sejam perjalanan. Angkutan umum juga sudah sulit dijumpai. Praktis, ia harus mengandalkan kendaraan pribadi dan tentu butuh keberanian dan keberuntungan. Semua demi bertemu dengan tetangganya. Ia bahkan menyatakan akan bermalam di rumah tetangganya tersebut.

Menjaga Silaturrahim Mengundang Rezeki

Usai menunaikan salat Asar, penulis memberanikan diri mengorek lebih lanjut tentang pribadi pria istimewa yang tetap duduk di kursi depan. Ia mengaku memiliki dua anak yang telah berkeluarga, yang tua laki-laki dan yang muda perempuan. Anak lelakinya berdomisili di Jakarta, sedangkan anak perempuannya berdomisili di kabupaten yang sama dengannya. Bedanya, putrinya menetap di kota kabupaten sedangkan dirinya di kota kecamatan yang berbeda jarak sekitar 35 kilometer.

Ada kisah menarik tentang bagaimana ia bisa bertemu dengan putra sulungnya di Sunda Kelapa. Dulu ia sering berkunjung ke bekas kota pelabuhan tua Jakarta itu tanpa mengeluarkan sepeser pun biaya transportasi. Sebabnya, dulu ada seorang anggota legislatif sekampungnya yang jika berkunjung ke Jakarta selalu mengajaknya karena ia tahu bahwa Bapak ini memiliki anak di ibu kota negara itu. Padahal pengakuannya, ia justru awalnya akrab dengan kakak anggota dewan yang sering mengajaknya ikut serta jika ke Jakarta.

Selain, rezeki melalui tangan anggota legislatif yang disebutnya anggota dewan itu, masih ada cerita lain dari menjaga silaturrahim. Ia mengaku tidak takut mengadakan perjalanan meski sudah sore menjelang senja karena yakin pertolongan Allah. Hal ini sering dibuktikannya dengan pertolongan dari pengendara mobil pribadi.

Suka Mengalah dan Jangan Menyimpan Dendam

Silaturrahim bukan tanpa ujian. Kadang terselip perkataan atau tingkah laku yang dapat menyakiti perasaan. Bapak ini pun mengakui hal tersebut. Meski demikian, ia berpesan agar jangan menyimpan dendam tetapi maafkanlah mereka meski mereka tak meminta maaf. Penulis lalu menimpali dengan berkata bahwa itulah penerapan sifat unsur air dalam diri manusia, yakni mengalir ke tempat yang rendah. Air juga mempunyai kemampuan memadamkan api.

Sehubungan dengan sifat api, ternyata Bapak ini juga sangat ridha jika ada harta yang terlepas dari tangannya. Ia bahkan rela melepas harta yang merupakan haknya demi menjaga silaturrahim. Penulis lalu kembali menegaskan bahwa ia telah menghindari sifat negatif dari unsur api dalam dirinya. Api jika besar dan dilepaskan bebas maka bersifat tamak dan rakus karena akan melahap apa saja di hadapannya tanpa tersisa. Sifat api inilah yang akan menimbulkan penderitaan bagi mereka yang menjadi korbannya, sekaligus perasaan tidak tenang bagi yang melakukannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun