Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Penggemblengan Muhammad SAW Sebelum Diangkat Menjadi Nabi dan Rasul

21 September 2024   13:39 Diperbarui: 21 September 2024   13:43 92
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi perjalanan di gurun pasir (Kompas.com)

Setelah Abdul Muthalib meninggal, beliau saw diasuh oleh pamannya, Abu Thalib. Pertama kali diajak pamannya bepergian ke negeri Syam ketika berumur 12 tahun. Di perjalanan inilah beliau bertemu dengan pendeta Buhaira di kota Bashra, bagian dari negeri Syam. Pendeta Buhaira pun memberi pesan kepada Abu Thalib agar membawa beliau pulang dan melindunginya dari orang-orang Yahudi dan Romawi.

Mengikuti Perang Fijar dan Hilful Fudhul

Saat berumur 14 tahun---ada juga yang menyebut 20 tahun---beliau saw ikut serta dalam Perang Fijar. Beliau membawakan anak panah untuk paman-pamannya.

Peristiwa berikutnya adalah hadirnya beliau saw di peristiwa Hilful Fudhul. Peristiwa ini disebabkan oleh suku Quraisy yang sering berbuat aniaya di tanah Al-Haram. Tentang peristiwa ini Az-Zubair berkata, Abdul Aziz bin Umar Al-'Anasi bercerita kepadaku dan berkata, "Para peserta Hilful Fudhul yaitu suku Bani Hasyim, Bani Al-Muthalib, Bani Asad bin Abdul Uzza, Bani Zuhrah, Bani Taym. Mereka saling bersumpah dengan menyebut nama Allah, bahwa tak seorang pun yang dizalimi kecuali mereka semua membela yang dizalimi, sehingga mereka mengambilkan apa yang diambil secara zalim kepadanya dari yang berbuat zalim; baik itu orang mulia ataupun hina." Tentang peristiwa ini Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam berkata, "Aku menyaksikan peristiwa Hilful Fudhul di kediaman Abnu Jud'an. Ini lebih kusukai daripada mendapatkan unta merah, jika aku diajak untuk seperti itu pada saat Islam telah ada, maka akan kupenuhi." (HR. Al-Baihaqi, Ibnu Katsir, dan Al-Qurthubi).

Menolak Ritual Patung Bawwanah

Adapun beliau saw menghindarkan diri dari ritual yang berhubungan dengan penyembahan berhala. Jadi Allah melindungi beliau saw dari praktik kemusyrikan sejak remaja. Ibnu Abbas pernah menceritakan dari Ummu Aiman bahwa beliau saw pernah menolak menghadiri ritual pemujaan terhadap patung Bawwanah hingga membuat Abu Thalib dan bibi-bibi beliau menjadi marah. Hingga diangkat menjadi Nabi, beliau tidak pernah menghadiri perayaan untuk berhala-berhala. Bahkan Dari Muhammad bin Amr, dari guru-gurunya mereka berkata, "Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam pernah berkata kepada Buhaim, "Jangan kau bertanya kepadaku dengan menyebut Latta dan Uzza. Demi Allah, aku sangat membenci keduanya." 

Didatangi Kembali oleh Malaikat Saat Remaja

Di bagian sebelumnya dituliskan bahwa beliau saw pertama kali didatangi malaikat, tepatnya Jibril saat mengalami pembelahan dada saat masih kanak-kanak. Ketika beliau berumur 20 tahun, beliau mengadu ke pamannya dua kali karena merasa didatangi dua orang yang membuatnya takut. Abu Thalib kemudian membawanya berobat ke seorang ahli kitab di Makkah. Si Ahli Kitab justru berkata, "Wahai putra Abdu Manaf, anakmu ini dalam keadaan baik dan sehat. Ia mempunyai tanda-tanda kebaikan. Jika orang Yahudi menemukannya, mereka akan membunuhnya. Orang yang datang itu bukanlah setan. Tetapi, dari golongan malaikat yang menjaga hati beliau agar diisi dengan sifat kenabian."

Menggembala Kambing dan Hikmahnya

Beliau juga pernah menggembala kambing, sebagaimana diriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Nabi sallallaahu alaihi wasallam, beliau bersabda, "Allah tidak mengutus seorang Nabi kecuali Nabi itu pernah menggembala kambing." Lantas para sahabat bertanya, "Apakah engkau juga?" "Ya, aku menggembalakan kambing dengan qararith penduduk Makkah," jawab Nabi (HR. Al-Bukhari). Suwaid bin Sa'id meriwayatkan, "Bahwa maksudnya setiap satu kambing diupah dengan satu qirath." Ibrahim Al-Harbi berkata, "Qararith adalah satu tempat, bukan sebutan untuk uang perak." Ibnu Aqil berkata, "Karena penggembala kambing membutuhkan keuletan, kelapangan dada untuk menerima, sementara para Nabi dipersiapkan untuk memperbaiki umat, maka penggembalaan ini tepat untuk mereka lakukan."

Berdagang, Tanda Kenabian dan Pernikahan dengan Khadijah

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun