Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Love

KDRT dan Istilah "Subuh Pi" Viral? Begini Romantisme Nabi SAW terhadap Istrinya

27 Agustus 2024   08:28 Diperbarui: 28 Agustus 2024   06:56 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi suami-istri (Republika)

Sisi romantisme Nabi SAW juga abadi dalam sebuah riwayat Muslim. Ummul Mukminin Aisyah bercerita bahwa suatu ketika ia sedang minum, dan saat itu ia sedang haid. Lantas ia memberikan gelasnya kepada Rasulullah dan beliau minum dari tempat ia minum. Di kesempatan lain, Ummul Mukminin memakan sepotong daging, beliau lantas mengambil potongan daging itu dan memakannya tepat di tempat ia memakannya (bekas gigitannya pada daging).

Satu lagi romantisme Nabi SAW dengan istrinya yang mungkin terasa "tabu" dilakukan oleh pasangan suami-istri apalagi yang berstatus bukan pengantin baru. Al-Bukhari meriwayatkan sebuah hadits dari Ummul Mukminin Aisyah bahwa ia terbiasa mandi berdua dengan Rasulullah dari satu bejana.

Romantisme Nabi SAW bahkan masih terlihat meski ia telah mengambil wudhu dan akan segera menuju masjid. Abu Daud dan Tirmidzi meriwayatkan dari Ummul Mukminin Aisyah bahwa suatu ketika Rasulullah pernah mencium salah seorang istri beliau kemudian berangkat menunaikan salat tanpa memperbaharui wudhu.

Nabi SAW Berlomba Lari dengan Istrinya

Inilah romantisme yang diabadikan dalam sebuah lagu yang pernah viral berjudul "Aisyah". Kisah ini bersumber dari hadits riwayat Imam Ahmad. Ummul Mukmini Aisyah mengisahkan bahwa suatu ketika ia bersama dengan Nabi SAW dan rombongan sedang melakukan sebuah perjalanan. Nabi SAW tiba-tiba memerintahkan rombongan berjalan lebih dulu sementara beliau SAW mengajak Aisyah berlomba lari. Saat itu Ummul Mukminin masih langsing sehingga mampu mengalahkan Nabi SAW. Ketika dirinya mulai gemuk, Nabi SAW kembali menantangnya berlomba lari, dan kali ini Nabi SAW yang menang. Beliau SAW lantas tertawa sambil berkata, "Inilah penebus kesalahan yang lalu!"

Romantisme Nabi SAW bukan hanya terhadap Ummul Mukminin Aisyah. Hal ini pun beliau lakukan terhadap istri yang lain sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa suatu ketika beliau SAW menolong sendiri istrinya, Shafiyyah binti Huyaiy radhiyallaahu 'anha untuk menaiki unta. Beliau SAW terlebih dahulu melindungi Shafiyyah dari pandangan orang lain dengan sebuah tirai dari kain. Beliau SAW lantas meyediakan lututnya di sisi unta tersebut lalu mempersilahkan Shafiyyah naik ke unta dengan bertumpu pada lutut beliau SAW.

Syaikh Abdul Malik al-Qasim lantas berkata, "Pemandangan seperti ini memberikan kesan begitu mendalam yang menunjukkan ketawadhu'an beliau. Rasulullah SAW selaku pemimpin yang berjaya dan seorang Nabi yang diutus memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap tawadhu kepada istri, mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu pekerjaan rumah, membahagiakan istri sama sekali tidak mengurangi derajat dan kedudukan beliau SAW.

Membantu Keluarga dan Tetap Menyambut Seruan Penciptanya

Satu hal yang perlu dicontoh oleh para suami utamanya umat Nabi SAW bahwa meskipun beliau membantu keluarganya, tetapi saat azan berkumandang beliau SAW akan segera menyambut seruan Tuhan-nya. Hal ini sebagaimana diriwayatkan Imam Muslim dari Al-Aswad bin Yazid yang pernah bertanya kepada Ummul Mukminin Aisyah tentang apa yang biasa dilakukan oleh Rasulullah SAW di rumahnya. Ummul Mukminin lantas menjelaskan bahwa beliau biasa membantu keluarga, tetapi apabila mendengar seruan azan, beliau segera keluar untuk menunaikan salat.

Terdapat pula sebuah riwayat Muttafaq 'Alaih bahwa Rasulullah terbiasa melaksanakan salat malam tanpa mengganggu tidur istrinya. Hal ini diceritakan oleh Ummul Mukminin Aisyah bahwa Rasulullah SAW terbiasa mengerjakan salat malam sementara ia tidur melintang di hadapan beliau. Rasulullah baru membangunkan Aisyah bila hendak mengerjakan salat Witir.

Begitu pengertiannya Nabi SAW terhadap istrinya, sehingga meskipun untuk beribadah beliau tidak sampai hati membangunkan istrinya di awal waktu kecuali saat hendak Witir. Meski demikian, terdapat riwayat dari Imam Ahmad dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW mendoakan rahmat bagi suami yang membangunkan istrinya untuk salat malam, demikian sebaliknya. Lalu bagaimana jalan tengahnya? Memang di awal-awal suami harus senantiasa mengingatkan istrinya, tetapi jika istri sudah terbiasa maka dengan sendirinya ia akan terbangun untuk salat malam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun