Pilihan jurusan Markovic di bangku kuliah sangat mempengaruhi sepak terjangnya setelah mendampingi Slobodan Milosevic terutama saat suaminya menjabat Presiden Serbia.Â
Hal ini bahkan menimbulkan analisa politik bahwa jika ingin memahami Presiden Milosevic maka terlebih dahulu harus memahami ibu negara mereka. Markovic dinilai sosok yang bukan hanya memberi motivasi atau menginspirasi Milosevic, tetapi ia juga banyak mengatur kebijakan politik Milosevic.
Bisa dikatakan, tak satu pun kebijakan atau langkah politik Milosevic yang tidak melalui persetujuan Markovic. Itulah sebabnya, ada yang menyatakan bahwa tanpa Markovic, Milosevic tidak banyak berarti bagi Serbia. Rekan dan mantan atasan sekaligus mantan Presiden Serbia sebelum Milosevic, Ivan Stambolic juga menyebut bahwa Milosevic tidak pernah memiliki ide politik sehingga ide-ide politik Milosevic sesungguhnya lahir dari pemikiran Markovic.
Stambolic mungkin benar karena Markovic memang merupakan penulis di kolom politik majalah mingguan Serbia, Duga. Ia menulis selama rangkaian perang tahun 1990-an. Kecerdasan Markovic bukan hanya dibuktikan dengan gelar Ph.D dan mengajar di Universitas Beograd serta anggota kehormatan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia. Ia juga diketahui menulis banyak buku yang diterjemahkan dan dijual di Kanada, Rusia, Cina dan India.
Dominannya peran Markovic terhadap pribadi Milosevic menginspirasi seorang jurnalis senior di Serbia sekaligus editor sebuah surat kabar bernama Slavko Curuvija. Ia menggambarkan Milosevic sebagai seekor kerbau yang berada di bawah penguasaan tuannya yang tidak lain adalah istrinya sendiri.
Entah karena kritikannya, Slavko ditemukan terbunuh pada 11 April 1999. Meski Slavko terbunuh, dan Milosevic ataupun Markovic tidak menjadi tertuduh, tetapi kebencian rakyat Serbia terlanjur melekat. Hanya saja beberapa media menulis bahwa kebencian rakyat lebih besar terhadap Markovic dibanding terhadap Milosevic sendiri.
"Belum pernah ada wanita sekuat ini dalam sejarah Serbia seperti Mirjana Markovic, dan dia berakibat fatal bagi Serbia," demikian ungkapan Slavoljub Dukic, penulis biografi Milosevic di hadapan warga Ottawa pada tahun 1998. Bahkan meski tidak dituduh tetapi diyakini bahwa ia terlibat dalam pembunuhan saingan-saingan politik suaminya termasuk Ivan Stambolic dan jurnalis Slavko Curuvija.
Dominannya peran Markovic bagi Milosevic sampai-sampai memberikan kesan bahwa Markovic adalah arsitek lahirnya ambisi-ambisi politik Milosevic yang muncul ke permukaan. Hal ini diperkuat oleh analisa bahwa jiwa nasionalisme Markovic sesungguhnya lebih besar dibanding sang suami. Faktor lain yang memperkuat dugaan ini adalah Markovic seringkali tidak menunjukkan kepekaan terhadap tragedi kemanusiaan yang diakibatkan oleh ambisi politik sang suami.
Setali tiga uang, Milosevic juga melihat sosok Markovic sebagai istri yang dapat memahami ambisi-ambisi politiknya. Termasuk senantiasa "merestui" aksi-aksi Milosevic yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan yakni pemusnahan massal (genosida) di Kosovo dan Bosnia-Herzegovina. Meski demikian, tangan Markovic tidak perlu ikut berlumuran darah sebagaimana suaminya. Inilah alasan sosoknya disebut sebagai The 'Lady Macbeth' of War-Torn Serbia sebagaimana disematkan oleh Sam Roberts (The New York Times, 15/4/2019).
Besarnya pengaruh Markovic dalam pengambilan keputusan-keputusan politik Milosevic bukan hanya restu Markovic terhadap genosida di Kosovo dan Bosnia-Herzegovina. Saat NATO bertindak tegas dengan melancarkan serangan udara ke Serbia, Markovic yang menguatkan suaminya untuk tidak takut dengan "gertakan" NATO. Slavoljub Dukic, penulis biografi Milosevic menuliskan bahwa Mirjana adalah sumber peningkatan retorika dan tindakan anti-Barat yang kuat dari Milosevic.
Saat Milosevic mengalami kekalahan dalam pemilu presiden di Serbia, Markovic pula yang berada di balik penolakan suaminya terhadap kemenangan kelompok oposisi. Lalu saat ribuan rakyat berunjuk rasa menuntut Milosevic mundur, Markovic pula yang menguatkan sang suami untuk bertahan kalau perlu dengan cara kekerasan.