Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mirjana Markovic: Ibu Negara di Balik Ambisi Politik Slobodan Milosevic

15 Juli 2024   12:08 Diperbarui: 15 Juli 2024   17:58 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mirjana Markovic saat masa kejayaan Slobodan Milosevic (Wikiwand)

Di artikel tentang Slobodan Milosevic kita sudah membahas sepintas sosok Mirjana Markovic, istri sekaligus guru politik bagi Presiden Serbia dan kemudian Yugoslavia, Slobodan Milosevic. Maka pada bagian ini kita akan mengulik lebih dalam tentang sosok ibu negara yang sangat dominan perannya membentuk karakter politik Presiden Milosevic.

Masa Kecil dalam Kehidupan yang Keras

Mirjana Markovic yang sejak kecil akrab dipanggil Mira dilahirkan di Pozarevac, Serbia pada 10 Juli 1942 atau setahun lebih muda dari Slobodan Milosevic. Ayahnya yang bernama Moma Markovic dan ibunya, Vera Miletic merupakan partisan pejuang Yugoslavia melawan penguasaan Nazi Jerman.

Mira dilahirkan di tengah gerilya dan gejolak Komunisme menentang penguasaan Nazi Jerman di Yugoslavia. Itulah sebabnya kehidupan kecil Mira hampir dipenuhi dengan kehidupan keras dan intrik pembunuhan. Ibu Mira yang aktivis partai komunis ditangkap dan disiksa oleh Nazi. Penyiksaan ini membuat ibunya tidak tahan dan membuka rahasia perjuangan kaum komunis melawan Nazi. Ibunya lalu dieksekusi di kamp konsentrasi Banjica. Tuduhan pengkhianatan terhadap ibunya juga berakibat pada Mira yang dibenci oleh kelompok komunis. Mira sendiri bahkan nyaris dibunuh justru atas perintah kakeknya sendiri.

Menikah Setamat SMA dan Kuliah di Perguruan Tinggi yang Sama

Markovic bertemu Milosevic pada tahun 1958 di perpustakaan SMA tempat mereka bersekolah. Saat itu Markovic tengah menikmati bacaan favoritnya tentang Tragedi Antigone. Peristiwa tragis ini berkisah tentang seorang wanita muda yang berusaha memperbaiki reputasi saudara laki-lakinya yang bernama Creon. Kelak setelah Markovic menjadi seorang ibu negara bagi suaminya, ia berusaha keras memperbaiki citra ibunya sebagai pengkhianat Partai Komunis di masa lalu. Caranya dengan menghancurkan berbagai dokumen partai yang ada sangkut-pautnya dengan ibunya.

Sejak pertemuan Markovic dan Milsovic di bangku SMA, mereka menjadi dua sahabat yang tidak terpisahkan. Keduanya memang memiliki persamaan tentang latar belakang keluarga yang mengalami perpecahan. Markovic dan Milosevic menjadi anak-anak yang tumbuh dewasa tanpa perhatian seorang ayah. Milosevic ditinggalkan oleh ayahnya yang memilih kembali ke kampung halamannya di Montenegro, sementara Markovic ditinggalkan ayahnya yang menikah lagi setelah ibu Markovic dianggap berkhianat terhadap Partai Komunis.

Persahabatan Markovic dan Milosevic juga diikat oleh organisasi yang sama. Keduanya adalah aktivis Partai Komunis Serbia sejak mereka masih remaja. Maka tidak mengherankan jika keduanya sepakat untuk mengikat hubungan mereka melalui jalinan pernikahan pada tahun 1965, tujuh tahun setelah mereka bertemu pertama kali di bangku SMA. 

Mereka juga bersepakat melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi yang sama, Universitas Beograd di ibukota Yugoslavia. Bedanya, Markovic memilih jurusan Filsafat Politik sementara Milosevic lebih memilih Ilmu Hukum. Markovic kemudian mendapat gelar Ph.D dalam bidang Sosiologi dan mengajar di Universitas Beograd. Ia sekaligus merupakan anggota kehormatan Russian Academy of Sciences (Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia).

Motivator dan Mentor Politik bagi Slobodan Milosevic

Pilihan jurusan Markovic di bangku kuliah sangat mempengaruhi sepak terjangnya setelah mendampingi Slobodan Milosevic terutama saat suaminya menjabat Presiden Serbia. 

Hal ini bahkan menimbulkan analisa politik bahwa jika ingin memahami Presiden Milosevic maka terlebih dahulu harus memahami ibu negara mereka. Markovic dinilai sosok yang bukan hanya memberi motivasi atau menginspirasi Milosevic, tetapi ia juga banyak mengatur kebijakan politik Milosevic.

Bisa dikatakan, tak satu pun kebijakan atau langkah politik Milosevic yang tidak melalui persetujuan Markovic. Itulah sebabnya, ada yang menyatakan bahwa tanpa Markovic, Milosevic tidak banyak berarti bagi Serbia. Rekan dan mantan atasan sekaligus mantan Presiden Serbia sebelum Milosevic, Ivan Stambolic juga menyebut bahwa Milosevic tidak pernah memiliki ide politik sehingga ide-ide politik Milosevic sesungguhnya lahir dari pemikiran Markovic.

Stambolic mungkin benar karena Markovic memang merupakan penulis di kolom politik majalah mingguan Serbia, Duga. Ia menulis selama rangkaian perang tahun 1990-an. Kecerdasan Markovic bukan hanya dibuktikan dengan gelar Ph.D dan mengajar di Universitas Beograd serta anggota kehormatan Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia. Ia juga diketahui menulis banyak buku yang diterjemahkan dan dijual di Kanada, Rusia, Cina dan India.

Dominannya peran Markovic terhadap pribadi Milosevic menginspirasi seorang jurnalis senior di Serbia sekaligus editor sebuah surat kabar bernama Slavko Curuvija. Ia menggambarkan Milosevic sebagai seekor kerbau yang berada di bawah penguasaan tuannya yang tidak lain adalah istrinya sendiri.

Entah karena kritikannya, Slavko ditemukan terbunuh pada 11 April 1999. Meski Slavko terbunuh, dan Milosevic ataupun Markovic tidak menjadi tertuduh, tetapi kebencian rakyat Serbia terlanjur melekat. Hanya saja beberapa media menulis bahwa kebencian rakyat lebih besar terhadap Markovic dibanding terhadap Milosevic sendiri.

"Belum pernah ada wanita sekuat ini dalam sejarah Serbia seperti Mirjana Markovic, dan dia berakibat fatal bagi Serbia," demikian ungkapan Slavoljub Dukic, penulis biografi Milosevic di hadapan warga Ottawa pada tahun 1998. Bahkan meski tidak dituduh tetapi diyakini bahwa ia terlibat dalam pembunuhan saingan-saingan politik suaminya termasuk Ivan Stambolic dan jurnalis Slavko Curuvija.

Dominannya peran Markovic bagi Milosevic sampai-sampai memberikan kesan bahwa Markovic adalah arsitek lahirnya ambisi-ambisi politik Milosevic yang muncul ke permukaan. Hal ini diperkuat oleh analisa bahwa jiwa nasionalisme Markovic sesungguhnya lebih besar dibanding sang suami. Faktor lain yang memperkuat dugaan ini adalah Markovic seringkali tidak menunjukkan kepekaan terhadap tragedi kemanusiaan yang diakibatkan oleh ambisi politik sang suami.

Setali tiga uang, Milosevic juga melihat sosok Markovic sebagai istri yang dapat memahami ambisi-ambisi politiknya. Termasuk senantiasa "merestui" aksi-aksi Milosevic yang melanggar nilai-nilai kemanusiaan yakni pemusnahan massal (genosida) di Kosovo dan Bosnia-Herzegovina. Meski demikian, tangan Markovic tidak perlu ikut berlumuran darah sebagaimana suaminya. Inilah alasan sosoknya disebut sebagai The 'Lady Macbeth' of War-Torn Serbia sebagaimana disematkan oleh Sam Roberts (The New York Times, 15/4/2019).

Besarnya pengaruh Markovic dalam pengambilan keputusan-keputusan politik Milosevic bukan hanya restu Markovic terhadap genosida di Kosovo dan Bosnia-Herzegovina. Saat NATO bertindak tegas dengan melancarkan serangan udara ke Serbia, Markovic yang menguatkan suaminya untuk tidak takut dengan "gertakan" NATO. Slavoljub Dukic, penulis biografi Milosevic menuliskan bahwa Mirjana adalah sumber peningkatan retorika dan tindakan anti-Barat yang kuat dari Milosevic.

Saat Milosevic mengalami kekalahan dalam pemilu presiden di Serbia, Markovic pula yang berada di balik penolakan suaminya terhadap kemenangan kelompok oposisi. Lalu saat ribuan rakyat berunjuk rasa menuntut Milosevic mundur, Markovic pula yang menguatkan sang suami untuk bertahan kalau perlu dengan cara kekerasan.

Persekutuan politik Markovic dan Milosevic juga didukung dengan posisi Markovic sebagai pemimpin sayap kiri Yugoslavia United Left (JUL), yang memerintah dalam koalisi dengan Partai Sosialis Serbia pimpinan Milosevic pasca Perang Bosnia. Hal lain yang tak bisa dipisahkan dari kekuatan Markovic dan Milosevic adalah peranan publikasi yang didukung oleh TV Kosava milik anak mereka, Marija sejak tahun 1998 hingga Milosevic tumbang pada tahun 2000.

Mirjana Markovic dan Slobodan Milosevic (The New York Times)
Mirjana Markovic dan Slobodan Milosevic (The New York Times)

Tetap Mendukung Suami yang Diadili karena Kejahatan Genosida

Mirjana Markovic benar-benar wanita tangguh di sisi Milosevic bahkan saat suami diadili karena kejahatan genosida. Milosevic sendiri ditangkap pada 31 Maret 2001 dan sejak itu sang istri senantiasa memberikan dukungan. Tim Sebastian dari BBC Hardtalk pernah mewawancarai Markovic saat suaminya disidang oleh International Criminal Tribunal of Yugoslavia (ICTY) yang berpusat di Den Haag pada tahun 2001. Tim Sebastian mengambil kesimpulan bahwa Markovic selalu gigih membela suaminya dan justru berulangkali menyalahkan Barat atas pertumpahan darah selama sepuluh tahun dalam Perang Balkan.

Mirjana Markovic saat diwawancara oleh Tim Sebastian dari BBC Hardtalk
Mirjana Markovic saat diwawancara oleh Tim Sebastian dari BBC Hardtalk

Menjalani Dakwaan di Akhir Hidup

Pengaruh Markovic yang sedemikian besar terhadap Milosevic membuat dirinya disamakan dengan istri diktator Rumania, Nicolae Ceausescu. Kedua pasangan ini hanya berbeda zaman tetapi keduanya bernasib sama. Nicolae bersama istri ditembak mati pada 25 Desember 1989. Milosevic meninggal dalam ruang tahanan yang sempit pada 11 Maret 2006.

Markovic bernasib sama dengan sang suami yang ditangkap oleh otoritas negara yang pernah dipimpinnya. Markovic didakwa pada bulan Desember 2002 tetapi berhasil melarikan diri dari Beograd pada 23 Februari 2003. Meskipun otoritas Serbia mengeluarkan surat perintah penangkapan atas tuduhan penipuan dan diedarkan melalui Interpol, pihak berwenang Rusia menolak menangkapnya. Markovic justru menikmati tinggal di Moskow, Rusia di bawah suaka politik sejak tahun 2003.

Meski demikian ia tetap dinyatakan bersalah dalam pengadilan in absensia di Beograd pada bulan Juni 2018. Pengadilan menjatuhkan hukuman satu tahun penjara atas tuduhan penyalahgunaan jabatan, menghasut beberapa rekannya untuk mengalokasikan apartemen milik negara untuk pengasuh cucunya pada bulan September 2000. Sayangnya pengadilan di tingkat banding pada Maret 2019 membatalkan vonis ini.

Sebagaimana sang suami yang meninggal dalam tahanan di tengah persidangan kasus genosida, Markovic meninggal tidak sampai sebulan setelah bandingnya diterima. The Red Witch and The Lady Macbeth meninggal pada 14 April 2019 di Moskow, Rusia setelah menjalani beberapa operasi. Markovic mampu bertahan tiga belas tahun setelah wafatnya sang suami.

Demikianlah pasangan Slobodan Milosevic dan Markovic Markovic mengabadikan dirinya dalam sejarah sebagai pasangan politisi sejati. Markovic bukan hanya ibu rumah tangga yang melayani kebutuhan keluarga tetapi seorang istri yang mampu membangunkan ambisi-ambisi politik sang suami. Ia bahkan dapat memberi ide-ide politik untuk melanggengkan kekuasaan sang kepala negara. Tentu sepanjang sejarah peradaban manusia, pasangan Milosevic dan Markovic akan terus berkamuflase dan muncul di puncak pemerintahan di berbagai negara. Sebagaimana Milosevic dan Markovic yang dipersonifikasikan seumpama Nicolae Ceausescu dan istrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun