Ayahnya yang seorang guru Teologi pernah belajar menjadi Imam di Gereja Ortodoks, tetapi tidak pernah ditahbiskan hingga ia memutuskan bunuh diri saat Slobo masih kuliah. Hanya berselang sepuluh tahun dari kematian tragis sang ayah, Slobo harus menerima kenyataan tragis lainnya saat ibunya juga memutuskan gantung diri.Â
Tidak diketahui motif dibalik bunuh diri yang dilakukan oleh kedua orang tua Slobo, sebab ternyata adik ibunya yang seorang tentara juga melakukan bunuh diri. Salah satu sumber hanya menyebut faktor ekonomi keluarga yang serba kekurangan yang menjadi penyebab orang tua Slobo melakukan bunuh diri.
Mirjana Markovic: Istri Sekaligus Guru Politik
Mungkin kita bertanya bagaimana seorang Milosevic remaja meneruskan perjuangan meraih cita-citanya tanpa kedua orang tua di sampingnya? Bahkan dengan trauma mendalam pasca bunuh diri yang dilakukan oleh ayah, ibu dan pamannya. Jawabannya adalah keberadaan Mirjana Markovic yang dinikahi oleh Slobodan Milosevic setelah tamat SMA. Mirjana inilah yang menjadi satu-satunya teman dekat Milosevic saat SMA.
Entah karena persamaan nasib atau bukan, Mirjana menjadi akrab dengan Milosevic yang juga mengalami nasib sama yaitu orang tua yang bercerai. Mirjana inilah yang menyalakan semangat Milosevic di tengah keterbatasan ekonomi dan keluarga yang tidak harmonis. Milosevic remaja tetap meneruskan pendidikan untuk meraih mimpi-mimpinya. Pengalaman keluarga yang tidak harmonis berujung bunuh diri kedua orang tua membuat Milosevic tumbuh menjadi siswa yang tidak banyak tingkah. Ia lebih banyak menulis artikel atau puisi dan diterbitkan oleh majalah sekolah. Ia tergolong siswa yang pendiam bahkan bisa dikatakan tidak mempunyai teman dekat. Satu-satunya teman terdekatnya saat SMA hanyalah Mirjana yang kemudian dinikahinya setamat SMA.
Milosevic yang sejak kecil sudah mengenal Partai Komunis dari sang ibu yang merupakan aktivis partai, sejak remaja juga sudah bergabung di Partai Komunis atau disebut juga Liga Komunis. Mirjana yang ibunya juga mantan aktivis Partai Komunis menjadi pendukung dan tandem setianya. Sambil aktif di Liga Komunis, Milosevic dan Mirjana yang sudah menikah meneruskan pendidikan di Universitas Beograd, Yugoslavia. Milosevic memilih Ilmu Hukum sedangkan Mirjana memilih Jurusan Filsafat Politik. Keduanya berhasil menyelesaikan pendidikan pada tahun 1964. Saat itu usia Milosevic 23 tahun sedangkan Mirjana 22 tahun.
Setelah berkarir di dunia politik, Mirjana bukan hanya menjadi pendamping atau motivator tetapi sekaligus menjadi inspirator bagi Milosevic. Ia juga menjadi pendukung utama Milosevic dalam mewujudkan Serbia Raya. Begitupun setelah suaminya menduduki kursi kepresidenan, Mirjana memiliki andil besar dalam pengambilan keputusan-keputusan politik. Tentu ini juga didukung oleh latar belakang keilmuan Mirjana sebagai sarjana Filsafat Politik.
CEO dan Presiden Liga Komunis
Sebagaimana umumnya anak muda yang baru menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi, tentu target selanjutnya adalah mencari pekerjaan. Meski berlatar belakang pendidikan hukum, tetapi Milosevic muda justru tertarik bekerja di perusahaan. Hal ini disebabkan cita-cita Milosevic memperbaiki kehidupan ekonomi keluarganya. Kita masih ingat bagaimana ayah, ibu dan pamannya melakukan bunuh diri karena keterbatasan ekonomi.
Hanya butuh waktu lima tahun setelah menyelesaikan studinya, pria muda berumur 28 tahun itu sudah menduduki kursi Wakil Chief Executive Officer (CEO) di perusahaan Tehnogas. Ia mendampingi rekan satu partainya, Ivan Stambolic yang menjabat CEO. Empat tahun berselang, karir Milosevic naik satu anak tangga menjadi CEO, menggantikan Stambolic yang terpilih menjadi pemimpin Partai Komunis Serbia.
Lima tahun menduduki kursi empuk CEO, lagi-lagi karir Milosevic semakin menanjak. Ia mendapat tawaran menjabat Ketua Beogradska Banka (Bank Beograd). Posisi ini membuatnya sesekali tinggal di New York mengurus perwakilan resmi bank di luar negeri. Meski sudah berkarir di bisnis selama lebih sepuluh tahun sejak menjabat Wakil CEO hingga menjadi Ketua Bank, mimpi-mimpi politik Milosevic belum memudar. Masih terngiang-ngiang puisi dan kisah-kisah kepahlawanan