Perjuangan Aida Menyelamatkan Suami dan Kedua Putranya
Meski berada dalam gedung pengungsian sehingga mereka tidak ikut dievakuasi oleh pasukan Mladic, tetapi Aida tetap khawatir bahwa mereka akan bernasib sama. Hanya menunggu waktu, pasukan Serbia akan datang mengevakuasi mereka yang berada dalam gedung. Aida kemudian memikirkan cara menyelamatkan suami dan kedua putranya.
Aida yang bekerja sebagai penerjemah untuk PBB tentu saja meminta Kolonel Karremans untuk melindungi dirinya dan keluarganya. Sayangnya, Aida harus mengelus dada mendengar jawaban Karremans yang tidak bersedia menjamin keselamatan keluarganya. Komandan pasukan PBB ini justru menyarankannya menyerahkan suami dan kedua putranya untuk ikut dievakuasi oleh tentara Serbia. Sebab jika tidak dan mereka melindungi keluarga Aida, maka ini dapat membahayakan pasukan PBB. Diliputi keputusasaan, Aida hanya menemukan satu ide untuk menyelamatkan suami dan kedua putranya. Mereka disembunyikan di dalam sebuah truk yang tidak terpakai.
Aida Kehilangan Suami dan Kedua Putranya
Sementara suami dan kedua putranya bersembunyi, di luar gedung pengungsian Mladic dan pasukannya melanjutkan evakuasi terhadap waga sipil. Lagi-lagi, pihak PBB hanya bisa menyaksikan tindakan tentara Serbia tersebut. Tidak berselang lama, anak buah Mladic menemukan persembunyian suami dan kedua putra Aida. Lagi-lagi Aida dan keluarganya meminta perlindungan kepada Kolonel Karremans. Tetapi sekali lagi mereka harus kecewa sambil membayangkan petaka yang akan segera menimpa. Akhirnya, Aida terpaksa menyerahkan suami dan kedua putranya ikut dievakuasi oleh tentara Serbia. Ternyata semua pria yang dievakuasi menggunakan truk dibawa ke dalam gedung yang menjadi tempat eksekusi dengan cara diberondong tembakan, termasuk suami dan kedua putra Aida.
Beberapa tahun setelah pembantaian brutal itu, lokasi kuburan massal korban berhasil ditemukan. Kerangka mereka dibawa ke dalam gedung untuk diidentifikasi. Aida berhasil mengenali kerangka suami dan kedua putranya berdasarkan perlengkapan yang dipakai menjelang eksekusi. Hanya air mata dan tangisan pilu seorang istri sekaligus seorang ibu dari dua orang pemuda. Air mata dan tangisan yang mewakili ribuan orang Bosnia-Herzegovina yang kehilangan keluarganya. Beginilah akibat dari sebuah ambisi politik sekelompok orang yang hanya akan mengorbankan warga sipil. Semoga hal seperti ini tak terulang lagi di masa-masa selanjutnya, di belahan dunia manapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H