Saat berbelanja itulah, Paul bertemu dengan sekelompok milisi Hutu yang menguasai tempatnya berbelanja. Ia juga melihat beberapa tawanan perempuan yang berpakaian seadanya dan seperti telah mengalami pelecehan oleh Interahamwe. Pemimpin milisi Hutu ini, George Rutaganda yang pernah terlibat konflik dengan Paul menjelaskan bahwa semua orang Tutsi akan dibunuh.Â
Mereka tidak menyerang hotel karena itu adalah perintah Jenderal militer mereka, tetapi jika Jenderal militer tidak bertugas lagi maka mereka akan menghabisi pengungsi Tutsi di hotel. Di perjalanan pulang, Paul disuguhkan pemandangan mayat-mayat orang Tutsi dibiarkan bergelimpangan di jalan. Ia melewati jalan ini karena rekomendasi dari Rutaganda.
Sesampainya kembali di hotel, Paul menyampaikan pada istrinya bahwa jika suatu ketika usahanya membantu pengungsi gagal atau dirinya terbunuh, maka ia meminta istri dan anak-anaknya bunuh diri dengan melompat dari ketinggian hotel. Paul menjelaskan bahwa jika mereka dibunuh dengan menggunakan parang, maka itu akan lebih menyiksa dan menyakitkan.
Paul Tetap Bersama Pengungsi Meski Berpeluang Dievakuasi
Pagi hari, tiba-tiba komandan pasukan PBB, Kolonel Oliver kembali mendatangi hotel. Ia membawa kabar gembira bahwa beberapa di antara pengungsi akan mendapatkan visa dan dievakuasi ke tempat yang aman. Di antara nama-nama itu ada nama Paul dan keluarganya, tetapi ia tidak sampai hati meninggalkan para pengungsi di hotel. Ia masih mengkhawatirkan keselamatan mereka. Ia lalu menitipkan istri dan anak-anaknya kepada sahabatnya yang juga terdaftar pada penerbangan pertama.
Beberapa saat berselang, Paul mendapatkan kabar bahwa truk yang mengangkut orang-orang yang dievakuasi termasuk istri dan kedua anaknya dicegat oleh milisi Hutu. Ia lantas menelepon kenalannya, Jenderal militer Rwanda untuk meminta bantuan. Pada waktu yang sama, Kolonel Oliver dan anak buahnya juga berusaha melindungi para pengungsi dari serangan milisi Hutu. Tetapi karena situasi mulai tidak terkendali, Kolonel Oliver dan anak buahnya membawa para pengungsi kembali ke hotel.
Menyuap Jenderal untuk Keselamatan Pengungsi
Pagi hari Paul dikagetkan dengan kedatangan Jenderal Angkatan Darat Rwanda, Augustin Bizimungu ke hotel. Jenderal ini menjelaskan kepada Paul bahwa pasukannya tidak dapat lagi menjamin keselamatan pengungsi di hotel karena uang dan minuman pemberian Paul sudah habis.Â
Selanjutnya Jenderal Augustin menyerahkan keamanan hotel kepada pasukan PBB yang jumlahnya hanya empat orang. Seakan ada hubungannya dengan ancaman Jenderal Augustin, pada malam harinya hotel diserang dengan tembakan seperti roket sehingga beberapa jendela pecah dan melukai pengungsi.
Paul kembali berpikir bahwa hal seperti ini tidak bisa dibiarkan, ia lalu berniat menyuap Jenderal Augustin demi keselamatan mereka. Meski Augustin dan anak buahnya sudah disuap dengan uang, perhiasan dan bir, Augustin justru meminta Paul meninggalkan hotel dan berlindung di markas mereka yang baru.Â
Paul menjelaskan dirinya tidak mungkin meninggalkan keluarganya dan para pengungsi di hotel. Ia bahkan balik mengancam Augustin bahwa dirinya bisa dianggap penjahat perang jika membiarkan pembantaian di hotel karena berdasarkan kesepakatan PBB, Belgia dan Prancis tempat itu termasuk yang dilindungi.Â