Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Augustin, Jolande dan Cecile: Kisah Cinta dan Persahabatan Beda Suku dalam Genosida Rwanda

25 Juni 2024   05:47 Diperbarui: 25 Juni 2024   05:56 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Screenshot film Rwanda 2018

Cecile semakin khawatir saat dari dalam mobil ia menyaksikan suaminya mulai dipukuli lalu dibacok menggunakan parang. Paul yang mulai meregang nyawa hanya sanggup memandangi istri dan putrinya, sedangkan dari dalam mobil Cecile menutup mata putrinya dan memeluknya. Cecile sempat terdiam beberapa saat lalu segera mengambil keputusan menghidupkan mesin mobil dan putar balik saat melihat para milisi mulai menatap ke arahnya. Pelariannya tidak mudah, sebab milisi Hutu kemudian mengejar mereka juga dengan mengendarai mobil.

Menyadari sulit menyelamatkan diri dengan berkendara, Cecile memutuskan meneruskan pelariannya dengan berjalan kaki. Ia menghentikan kendaraan saat berhasil menjauh dari kejaran. Cecile lalu berjalan masuk hutan sambil menggendong putrinya yang mulai melemah. Ia baru teringat jika belum sempat menyuntikkan insulin ke putrinya. Meski kondisi putrinya melemah, ia harus terus berjalan sebab jika tidak gerombolan Hutu akan menangkapnya.

Di dalam pelariannya, Cecile sempat diselamatkan oleh sekelompok orang Tutsi yang juga bersembunyi. Tetapi persembunyian mereka berhasil ditemukan dan Cecile harus menyaksikan puluhan orang Tutsi dibantai. Bersama beberapa yang lain, Cecile kembali berhasil meloloskan diri, dan melanjutkan pelarian menembus hutan dan menyusuri rawa. Sembari menggendong putrinya yang semakin lemah karena belum disuntik insulin, ia berhasil sampai di rumah yang dihuni oleh Jolande dan Augustin. Pasangan ini juga memiliki putri kecil bernama Monique, seumuran dengan putri Cecile.

Keraguan Jolande dan Dilema Augustin

Jolande dan Agustine merupakan pasangan beda suku, Jolande bersuku Tutsi sedangkan Augustin bersuku Hutu. Saat ekstrimis Hutu mulai melakukan penjarahan dan penganiayaan bahkan pemerkosaan terhadap suku Tutsi, Jolande sudah mengungkapkan kekhawatirannya. Augustine meyakinkan istrinya, bahwa mereka akan baik-baik saja karena dirinya dari suku Hutu, apalagi Emile, salah satu pimpinan suku Hutu adalah saudara sepupunya. Emile inilah yang mencegat Cecile dan suaminya dalam usaha pelarian mereka. Meski Augustine berusaha meyakinkan istrinya, kenyataan bahwa Emile adalah pimpinan milisi Hutu justru membuat Jolande tetap khawatir. Augustin tetap berusaha menguatkan istrinya sambil menjelaskan bahwa Emile telah berjanji kepadanya, apalagi mereka tumbuh bersama sejak kecil.

Meski Augustin berusaha keras meyakinkan istrinya, Jolande tetap ragu. Apalagi ia menyaksikan suaminya bersama gerombolan sepupunya telah ikut melakukan aksi pembantaian terhadap suku Tutsi. Augustin kembali meyakinkan bahwa tindakannya itu semata-mata untuk kepentingan keselamatan istri dan putrinya, sebab jika ia tidak ikut melakukan pembantaian maka ia akan dicurigai bersekongkol atau melindungi suku Tutsi. Hal ini dibuktikan saat ikut aksi, Augustin tidak pernah melukai apalagi melecehkan dan membunuh suku Tutsi.

Jolande dan Augustin Melindungi Cecile dan Putrinya

Jolande bertemu dengan Cecile secara tiba-tiba. Saat itu, Cecile yang menggendong putrinya yang semakin melemah menyelinap masuk ke rumahnya untuk mengambil air minum. Jolande lalu menenangkan Cecile yang terlihat panik karena mengira Jolande berasal dari suku Hutu. Jolande kemudian menenangkan Cecile dengan berkata bahwa dirinya berasal dari suku Tutsi, karena itu ia akan melindungi Cecile bersama putrinya. Jolande lalu menyembunyikan Cecile dan putrinya di loteng rumah sambil membekali mereka dengan makanan secukupnya dan selimut untuk menghangatkan badan. Tidak lupa Jolande membuat ramuan obat-obatan untuk putri Cecile yang menderita diabetes. Jolande juga memberikan buku gambar kepada putri Cecile, dan ia bisa menggambar bersama dengan putri Jolande.

Malam harinya, Augustin tiba di rumahnya dalam keadaan mabuk. Ia depresi karena sepanjang hari bersama Emile melakukan pembantaian, padahal aksi ini bertentangan dengan hati nuraninya. Melihat Augustin dalam keadaan demikian, Cecile menyangka bahwa suami Jolande ini akan membahayakan dirinya. Apalagi Augustin nyaris menemukannya bersembunyi di loteng.

Keberhasilan Jolande merahasiakan keberadaan Cecile dan putrinya hanya bertahan semalam. Malam berikutnya, Augustin berhasil mengetahuinya. Hal ini berawal dari kecurigaan Augustin melihat gambar Monique. Putrinya ini menggambar sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan seorang putri kecil dalam gambar berbentuk segiempat. Augustin menafsirkan ini sebagai keluarga mereka. Tetapi di bagian atas ada gambar segitiga yang di dalamnya ada gambar lain yang memperlihatkan seorang ibu bersama putri kecilnya. Gambar ini membuat Augustin curiga. Gambar segiempat yang di atasnya ada gambar segitiga diartikan oleh Augustin sebagai rumah mereka, tetapi gambar ibu dan putri kecilnya membuat Augustin curiga.

Awalnya Jolande panik melihat suaminya sudah memperlihatkan gelagat mengetahui keberadaan Cecile dan putrinya. Di luar dugaan, ternyata Augustin membolehkan Jolande membantu Cecile dan putrinya, ia bahkan membuat keputusan berani untuk melindungi mereka. Jolande lega dan gembira karena hal ini membuat dirinya yakin bahwa suaminya benar-benar melindungi sukunya. Pasangan ini lalu berpelukan, saling menguatkan karena mereka menyadari betapa besar resiko akibat keputusan berani yang mereka ambil.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun