Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Tragedi Sumiarsih dan Purwanto: Hancurnya Dua Keluarga Karena Bisnis Prostitusi

23 Juni 2024   06:34 Diperbarui: 23 Juni 2024   07:59 2758
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Persidangan pun digelar pada 18 Pebruari 1989 atau enam bulan pasca pembunuhan sadis dan berencana itu. Sumiarsih, Djais dan Sugeng (putra Sumiarsih) dijatuhi hukuman mati. Nano (putra Djais dari pernikahan pertamanya) dan Daim (pekerja di rumah bordil Sumiarsih) dihukum penjara seumur hidup. 

Nano dan Daim telah bebas setelah menjalani hukuman masing-masing 15 dan 12 tahun penjara. Sementara Serda Adi (menantu Sumiarsih yang anggota polisi) dijatuhi hukuman mati oleh Mahkamah Militer. Ia dieksekusi pada 2 Desember 1992. Adapun Prayitno meninggal karena serangan jantung pada 2001, sedangkan Sumiarsih dan putranya, Ibu dan anak yang selama dalam kurungan tidak pernah bertemu sempat dipertemukan saat dipindahkan ke Lapas Medaeng, Sidoarjo sebelum dieksekusi.

Sumiarsih saat di pengadilan (Alinea)
Sumiarsih saat di pengadilan (Alinea)

Akhirnya 20 tahun kemudian tepatnya pada 19 Juni 2008 pukul setengan satu malam, Sumiarsih dan putranya berdiri berdampingan dalam keadaan terikat di tiang eksekusi. 

Suara tembakan beberapa kali disusul dengan terkulainya tubuh Sumiarsih dan putranya. Semoga kita mendapat pelajaran berharga dari tragedi keluarga Sumiarsih dan Purwanto, betapa dahsyatnya akibat yang dapat ditimbulkan oleh bisnis terlarang seperti prostitusi yang dijalankan oleh Sumiarsih dan Purwanto. 

Bukan hanya keduanya yang akan merasakan akibatnya, tetapi kedua keluarga mereka akhirnya menjadi "tumbal." Kebahagiaan dan harta melimpah yang diimpikan oleh Sumiarsih dan Purwanto ternyata hanya fatamorgana karena mata dan hati mereka telah dibutakan oleh kerlap-kerlip dunia malam. 

Bahkan informasi yang kami dapatkan dari salah satu media nasional, putra sulung Purwanto yang sedang menjalani pendidikan di Akademi Angkatan Laut mengalami depresi dan gangguan jiwa sehingga harus dikeluarkan.

Kisah Sumiarsih dan Purwanto dan tragedi yang menimpa keluarga keduanya akibat bisnis prostitusi ini telah diangkat dalam sebuah buku dengan judul "Mami Rose: Jual Diri ke Mucikari sampai Eksekusi Mati." Buku yang ditulis oleh Siti Nasyi'ah ini diberi pengantar oleh jurnalis senior yang sekaligus mantan Menteri BUMN, Dahlan Iskan.

Sampul buku Mami Rose
Sampul buku Mami Rose

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun