Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersukacita dengan Hidangan, Jangan Lupakan Etika Makan dan Minum

16 Juni 2024   16:35 Diperbarui: 17 Juni 2024   10:41 146
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menyantap hidangan saat hari lebaran (Kompas.com)

Hari lebaran telah tiba. Ada baiknya kita membaca kembali bagaimana etika atau adab menyantap hidangan atau adab makan dan minum yang sesuai sunah. Ulasan tentang adab makan dan minum kami pilihkan dari kitab Riyadhus Shalihin. Berikut di antara penjelasan pentingnya sesuai hadits yang kami temukan dalam kitab hadits karya Imam an-Nawawi tersebut.

Membaca Basmalah, Makan dengan Tangan Kanan dan Memakan yang Dekat.

Hal ini berdasarkan riwayat dari Amr bin Abi Salamah radhiyallaahu 'anhu yang berkata, 'Rasulullah mengajarkan kepada saya, 'Bacalah Basmalah dan makanlah dengan tangan kananmu dan dari yang dekat-dekat kepadamu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Begitu pentingnya membaca basmalah ini sehingga harus dibaca meskipun kita teringat di pertengahan makan atau minum. Hadits dari Aisyah radhiyallaahu 'anha, ia berkata, 'Rasulullah bersabda, 'Jika salah seorang di antara kamu hendak makan supaya membaca, 'Basmalah.' Jika lupa membaca pada permulaan makannya, hendaknya membaca, 'Bismillaahi awwalahu wa akhirahu." (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi).

Tidak Mencela Makanan dan Sunah Memuji Makanan

Hal ini sesuai riwayat dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu. Ia berkata, 'Rasulullah tidak pernah mencela makanan selamanya. Jika ia suka dimakannya dan jika ia tidak suka ditinggalkannya." (HR. Bukhari dan Muslim). 

Begitupun dalam hadits yang lain, dari Jabir radhiyallaahu 'anhu, bahwasanya Nabi menanyakan lauk-pauk kepada keluarganya maka mereka menjawab, 'Tidak ada lauk-pauk kecuali cuka. Maka, Nabi meminta cuka itu untuk dimakan dengan roti yang dihidangkan kepadanya, sambil bersabda, 'Sebaik-baiknya lauk-pauk ialah cuka, sebaik-baik lauk-pauk ialah cuka." (HR. Muslim).

Mengambil Makanan yang Jatuh dan Menjilati Tangan

Hal ini sesuai riwayat dari Jabir radhiyallaahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah bersabda, "Setan menyertai semua urusanmu hingga saat kamu makan. Maka, apabila ada makanan yang jatuh di antara kalian hendaknya diambil dan dibersihkan kotoran yang menempel dan kemudian dimakan, jangan dibiarkan dimakan oleh setan. Dan, apabila selesai maka hendaklah menjilati jari-jarinya karena sesungguhnya dia tidak mengetahui di bagian manakah dari makanan itu yang mengandung berkah." (HR. Muslim).

Anjuran Mengambil Makanan dari Pinggir Wadah dan Tidak Mengambil dari Tengah.

Hal ini sesuai riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, 'Rasulullah bersabda, "Berkah itu turun di tengah-tengah makanan maka makanlah dari tepi-tepinya dan jangan makan dari tengah-tengahnya." (HR. Abu Daud dan at-Tirmidzi).

Makruh Makan Sambil Bersandar

Hal ini berdasarkan riwayat dari Abu Juhaifah Wahab bin Abdullah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, 'Rasulullah  bersabda, 'Saya tidak makan dengan bersandar." (HR. Bukhari).

Tidak Minum Sekaligus. 

Hal ini sesuai riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, Rasulullah bersabda, "Janganlah kamu minum sekaligus sebagaimana unta minum, namun minumlah dua sampai tiga kali dan bacalah nama Allah SWT jika akan minum dan bersyukurlah kepada Allah setelah selesai minum." (HR. at-Tirmidzi).

Tidak Bernafas dalam Wadah dan Makruh Meniup Minuman

Hal ini sesuai riwayat dari Abu Qatadah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, Rasululah bersabda, 'Rasulullah melarang orang bernafas dalam wadah air minumnya." (HR. Bukhari dan Muslim).

begitupun riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhu, "Bahwasanya Nabi telah melarang bernafas dalam tempat air atau meniup ke dalamnya".(HR. at-Tirmidzi).

selanjutnya riwayat dari Abi Said al-Khudri radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Bahwasanya Nabi  telah melarang meniup dalam minuman. 'Seseorang bertanya, 'Bagaimana kalau ada kotoran yang saya dapatkan dalam minuman itu?' Nabi menjawab, 'Tuangkan.' Ia bertanya lagi, 'Saya tidak dapat puas dari sekali meneguk?' Nabi menjawab, 'Jauhkan gelas dari mulutmu." (HR. at-Tirmidzi).

Boleh Minum Sambil Berdiri, Tetapi yang Utama adalah Duduk

Hal ini berdasarkan riwayat dari Ibnu Abbas radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Saya telah memberi minum kepada Nabi dari air zamzam dan beliau minum sambil berdiri.' (HR. Bukhari dan Muslim).

Begitupun riwayat dari An-Nazzal bin Sabrah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Ali radhiyallaahu 'anhu masuk ke pintu rahabah (halaman sebuah masjid) lalu ia minum sambil berdiri dan berkata, 'Sungguh saya telah melihat Rasulullah berbuat sebagaimana engkau semua melihat yang saya perbuat ini.' (HR. Bukhari). 

Meski demikian, ada riwayat dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Jangan sekali-kali salah seorang dari kamu minum sambil berdiri. Maka, barangsiapa yang lupa hendaknya memuntahkannya.' (HR. Muslim).

Sunah Orang yang Memberi Minum Supaya Dialah Terakhir Minum

Hal ini sesuai riwayat dari Abu Qatadah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Orang yang melayani minuman suatu kaum, hendaknya dialah yang terakhir di antara mereka, yakni orang yang terakhir minumnya.' (HR. Tirmidzi).

Haram Memakai Wadah dari Emas dan Perak

Hal ini berdasarkan riwayat dari Hudzaifah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah melarang kita dari pakaian sutra yang halus atau tebal dan minum dari tempat yang terbuat dari emas atau perak. Dan, beliau bersabda, 'Itu semua untuk orang-orang kafir di dunia dan untuk kamu di akhirat.' (HR. Bukhari dan Muslim).

Selanjutnya riwayat dari Ummu Salamah radhiyallaahu 'anha, "Bahwasanya Rasulullah bersabda, 'Orang yang minum dari tempat yang terbuat dari perak seolah-olah memasukkan api neraka jahannam dalam perutnya.' (HR. Bukhari dan Muslim).

Jika kita memperhatikan etika atau adab makan dan minum sesuai sunah di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa Rasulullah Sallallaahu alaihi wasallam sangat rinci dalam menjelaskan hal yang dianjurkan dan dimakruhkan. Bersyukur karena masih mendapatkan hidangan diwujudkan dalam bentuk membaca asma Allah di awal bahkan di pertengahan atau di akhir. Selanjutnya menjaga sopan santun dengan memakan atau meminum yang terdekat dengan kita. Tidak mencela makanan bukan hanya bentuk kesyukuran kepada Sang Pemberi hidangan tetapi juga kepada orang yang berjasa di balik ketersediaan makanan, dan memuji makanan berarti memberikan penghargaan kepada mereka. Bentuk kesyukuran lainnya adalah tidak bersikap mubazir dengan cara menghabiskan makanan atau minuman. Itulah sebabnya jika diperkirakan tidak dapat dihabiskan maka diambil secukupnya. Selanjutnya tetap menjaga kesederhanaan dengan tidak menunjukkan sikap serakah baik dalam cara makan ataupun minum, dan akhirnya tidak berlebih-lebihan meskipun dalam hal penggunaan wadah. Semoga bermanfaat, bukan hanya saat hari lebaran atau 'Id, tetapi juga diamalkan dalam keseharian kita dalam menyantap hidangan.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun