Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bersukacita dengan Hidangan, Jangan Lupakan Etika Makan dan Minum

16 Juni 2024   16:35 Diperbarui: 17 Juni 2024   10:41 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menyantap hidangan saat hari lebaran (Kompas.com)

Begitupun riwayat dari An-Nazzal bin Sabrah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Ali radhiyallaahu 'anhu masuk ke pintu rahabah (halaman sebuah masjid) lalu ia minum sambil berdiri dan berkata, 'Sungguh saya telah melihat Rasulullah berbuat sebagaimana engkau semua melihat yang saya perbuat ini.' (HR. Bukhari). 

Meski demikian, ada riwayat dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Jangan sekali-kali salah seorang dari kamu minum sambil berdiri. Maka, barangsiapa yang lupa hendaknya memuntahkannya.' (HR. Muslim).

Sunah Orang yang Memberi Minum Supaya Dialah Terakhir Minum

Hal ini sesuai riwayat dari Abu Qatadah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah bersabda, 'Orang yang melayani minuman suatu kaum, hendaknya dialah yang terakhir di antara mereka, yakni orang yang terakhir minumnya.' (HR. Tirmidzi).

Haram Memakai Wadah dari Emas dan Perak

Hal ini berdasarkan riwayat dari Hudzaifah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata, "Rasulullah melarang kita dari pakaian sutra yang halus atau tebal dan minum dari tempat yang terbuat dari emas atau perak. Dan, beliau bersabda, 'Itu semua untuk orang-orang kafir di dunia dan untuk kamu di akhirat.' (HR. Bukhari dan Muslim).

Selanjutnya riwayat dari Ummu Salamah radhiyallaahu 'anha, "Bahwasanya Rasulullah bersabda, 'Orang yang minum dari tempat yang terbuat dari perak seolah-olah memasukkan api neraka jahannam dalam perutnya.' (HR. Bukhari dan Muslim).

Jika kita memperhatikan etika atau adab makan dan minum sesuai sunah di atas, maka kita dapat menyimpulkan bahwa Rasulullah Sallallaahu alaihi wasallam sangat rinci dalam menjelaskan hal yang dianjurkan dan dimakruhkan. Bersyukur karena masih mendapatkan hidangan diwujudkan dalam bentuk membaca asma Allah di awal bahkan di pertengahan atau di akhir. Selanjutnya menjaga sopan santun dengan memakan atau meminum yang terdekat dengan kita. Tidak mencela makanan bukan hanya bentuk kesyukuran kepada Sang Pemberi hidangan tetapi juga kepada orang yang berjasa di balik ketersediaan makanan, dan memuji makanan berarti memberikan penghargaan kepada mereka. Bentuk kesyukuran lainnya adalah tidak bersikap mubazir dengan cara menghabiskan makanan atau minuman. Itulah sebabnya jika diperkirakan tidak dapat dihabiskan maka diambil secukupnya. Selanjutnya tetap menjaga kesederhanaan dengan tidak menunjukkan sikap serakah baik dalam cara makan ataupun minum, dan akhirnya tidak berlebih-lebihan meskipun dalam hal penggunaan wadah. Semoga bermanfaat, bukan hanya saat hari lebaran atau 'Id, tetapi juga diamalkan dalam keseharian kita dalam menyantap hidangan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun