Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Israel Makin Ganas Tak Peduli Tekanan Internasional, Damai di Rafah Makin Jauh?

10 Juni 2024   07:59 Diperbarui: 10 Juni 2024   07:59 176
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asap mengepul di dekat tenda-tenda penampungan di Rafah pada 4 Juni 2024 (Kompas.com)

"All Eyes on Rafah" sebagai slogan simpati ke Rafah sekaligus gerakan dunia membenci Israel telah dibagikan lebih dari 44 juta akun instagram. Tanda pagar (tagar) #alleyesonrafah juga telah mencapai jutaan cuitan. Masyarakat di berbagai negara juga sudah menggelar aksi membenci dan mengutuk genosida Israel di Rafah. 

Lalu apa kabar pemimpin dunia? Apa pembelaan mereka kepada Palestina, khususnya Rafah? Apalagi sepekan yang lalu (1/6/2024), Israel kembali melakukan serangan yang menewaskan 12 warga sipil dan melukai sejumlah warga lainnya. Serangan ini menyusul pemboman mereka ke Rafah yang menewaskan 45 orang yang menginspirasi trandingnya "All Eyes on Rafah."

Terbaru, tiga haru lalu diberitakan Israel memperluas wilayah operasi ke Timur kamp Gaza Tengah. Mereka mengerahkan tank dan tembakan artileri berat. Serangan brutal Israel terhadap kamp pengungsi Nuseirat di jalur Gaza Tengah ini telah mengakibatkan kematian lebih dari 150 warga sipil dan melukai ratusan lainnya. Serangan ini dikutuk keras oleh dunia internasional terutama Mesir dan Yordania. 

Kini total korban keganasan Israel di Gaza termasuk Rafah telah menewaskan lebih dari 36.000 penduduk Palestina. Jumlah itu belum termasuk ribuan lainnya yang belum ditemukan di bawah reruntuhan. Adapun total bom yang telah dijatuhkan dari langit Gaza yang mencapai 70.000 ton, jauh melampaui berat bom di Perang Dunia II (Kompas.com, 4/6/2024). Bukankah ini menjadi fakta keganasan Israel di Gaza termasuk Rafah?

Jika puluhan juta netizen geram, para selebriti dunia juga membela Rafah, lalu apa kabar para pemimpin dunia? Masihkah mata mereka mengarah ke Rafah, seperti makna harfiah dari slogan "All Eyes on Rafah"? 

Rakyat Rafah sudah ada yang harus makan pakan ternak dan air limbah, hingga organisasi kesehatan dunia (WHO) mendesak kembali pembukaan akses untuk bantuan. Jika hal ini gagal dilakukan, jangan sampai menjadi kenyataan apa yang menjadi tangisan rakyat Rafah, "Jika kami tak lagi bisa makan roti di Rafah, maka kami akan makan roti di surga."

Gencatan Senjata Dimotori Mesir, Qatar dan AS

Delegasi ketiga negara yang beberapa kali menginisiasi gencatan senjata sejak konflik terbuka Israel-Hamas ini kembali bertemu di Doha, Qatar pada 5 Juni 2024. Tiga hari sebelumnya, tepatnya pada 2 Juni 2024 komunikasi trilateral melibatkan Mesir, AS dan Israel telah digelar di Kairo. Hal yang ditekankan oleh Mesir saat itu adalah penarikan mundur pasukan Israel dari perbatasan Rafah dan permintaan akses bantuan 350 truk untuk masuk ke Gaza.

Bagaimana respon Israel dan Hamas yang terlibat konflik terbuka tetapi justru banyak mengorbankan warga sipil ini? Mesir memberikan pengakuan bahwa Hamas memberi sinyal positif menerima gencatan senjata. Bagaimana dengan Israel? Dikabarkan, Netanyahu yang terdesak karena serangan dari segala penjuru dunia mencoba meyakinkan partainya untuk menerima usulan gencatan senjata. 

Meski demikian, ada pihak yang mencurigai bahwa sikap Netanyahu ini sangat dipengaruhi oleh kehadiran AS dalam negara yang menginisiasi gencatan senjata. Hingga kini pun belum ada pernyataan resmi Israel menerima usulan gencatan senjata meski media Israel sudah memberitakan bahwa sejak 4 Mei 2024, Netanyahu sudah berusaha meyakinkan para menteri dan anggota perlemen dari partai pimpinannya.

Di antara menteri yang paling keras menentang gencatan senjata adalah Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich. Kedua menteri sayap kanan ini bahkan disebut-sebut akan menggulingkan kekuasaan jika Netanyahu menerima usulan gencatan senjata.

Meski peluang gencatan senjata masih belum terbuka lebar, tetapi paling tidak tekanan dunia internasional ini, ditambah oleh kebencian masyarakat dunia dalam berbagai aksi di berbagai negara dan di media sosial telah membuat Israel terkucil. Apalagi warga Israel sendiri juga turut mendesak Netanyahu untuk menerima gencatan senjata untuk pembebasan sandera. 

Belum lagi negara Eropa yang mengakui kedaulatan Palestina semakin bertambah, yakni Slovenia pada 4 Juni 2024. Langkah Slovenia ini mengikuti jejak Spanyol, Norwegia dan Irlandia beberapa hari sebelumnya. Dengan demikian, 11 dari total 27 anggota Uni Eropa telah menyatakan pengakuannya terhadap kedaulatan Palestina.

Dengan demikian, meski Israel tetap mengganas di bawah tekanan internasional, tetapi satu hal yang masih patut disyukuri bahwa dunia internasional masih menunjukkan simpatinya terhadap nasib Palestina, baik secara kemanusiaan maupun politis. Begitupun yang ditunjukkan oleh pemerintahan Indonesia yang makin kompak membantu Palestina. Tentu saja di bawah arahan Presiden Joko Widodo dan dieksekusi oleh Menteri Pertahanan Prabowo Subianto. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun