Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Valentine's Day: Sejarah Cinta atau Perlawanan terhadap Penguasa?

15 Februari 2024   12:55 Diperbarui: 15 Februari 2024   12:59 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Santo Valentine (sumber: Kompas.com)

Sebelum kepalanya dipenggal, Valentinus mengembalikan penglihatan dan pendengaran sipir penjaranya. Jacobus lalu mereka-reka nama "Valentinus" secara etimologi sebagai sesuatu yang mengandung keberanian (Latin: valor), tetapi tidak ada tanda-tanda hati dan pesan-pesan yang ditandatangani yang diberi oleh "Valentine-mu," seperti kadangkala disugestikan dalam karya-karya modern kesucian sentimental. Ini membantah tradisi berbagi ucapan "from your valentine" atau "be my valentine" atau ucapan-ucapan lainnya yang dikemas pada Valentine's Day.

Awal Mula Perayaan Valentine Diidentikkan dengan Cinta

Jika di buku Abad Pertengahan, tidak ditemukan asosiasi Valentine dengan cinta lalu muncul pertanyaan sejak kapan ini menjadi budaya? Mengutip Wikipedia, kerangka yang diidentifikasi sebagai St. Valentine ditemukan dari sebuah makam dekat Roma. Jenazah kemudian dimasukkan ke dalam peti emas dan dikirim ke gereja Whitefrear Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini diberikan ke mereka pada tahun 1836 oleh Paus Gregorius XVI. Setelahnya, banyak wisatawan yang berziarah ke gereja ini pada Hari Valentine dan peti emas ini diarak-arak dalam prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar yang tinggi. Pada hari itu juga sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.

Hari Valentine Dihapus dari Kalender Gereja Tapi Terlanjur Membudaya

Ketidakjelasan legenda Valentine membuat pihak gereja menghapuskan hari raya Valentine dalam kalender gereja sejak tahun 1969. Hal ini bertujuan menghapus santo-santa yang asal-muasalnya dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Meski demikian, pesta berbentuk paroki-paroki tertentu tetap berlanjut.

Di Indonesia sendiri, perayaan Hari Valentine ini diperkirakan mulai masuk sekitar tahun 1980 seiring semakin mudahnya informasi masuk di era globalisasi. Hingga kini, pernak-pernik dan paket menyambut Hari Valentine bukan hanya ditawarkan oleh berbagai hotel di Indonesia, tetapi juga oleh toko-toko di pinggir jalan. Paket yang paling banyak diburu oleh pria untuk diberikan kepada wanita yang disukainya mulai dari cokelat, boneka hingga bunga. Selain itu, masih ada mall-mall dan kafe-kafe yang juga menggelar acara bertema Valentine Day. Demikianlah pelaku-pelaku bisnis mendapat keuntungan dari perayaan Hari Valentine yang sejatinya merupakan hari berkabung atas meninggalnya St. Valentine karena melawan kekuasaan Romawi Kuno.

Lalu kalangan mana yang paling banyak mengeluarkan biaya untuk memperingati Hari Valentine? Jawabnya adalah remaja-remaja yang terjebak pada prilaku konsumtif untuk menyenangkan pasangannya. Mereka justru tidak memahami esensi atau pesan perlawanan dari St. Valentine atas ketidakadilan yang dipraktikkan oleh penguasa yang dianggap menzalimi rakyatnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun