Sebelum kepalanya dipenggal, Valentinus mengembalikan penglihatan dan pendengaran sipir penjaranya. Jacobus lalu mereka-reka nama "Valentinus" secara etimologi sebagai sesuatu yang mengandung keberanian (Latin: valor), tetapi tidak ada tanda-tanda hati dan pesan-pesan yang ditandatangani yang diberi oleh "Valentine-mu," seperti kadangkala disugestikan dalam karya-karya modern kesucian sentimental. Ini membantah tradisi berbagi ucapan "from your valentine" atau "be my valentine" atau ucapan-ucapan lainnya yang dikemas pada Valentine's Day.
Awal Mula Perayaan Valentine Diidentikkan dengan Cinta
Jika di buku Abad Pertengahan, tidak ditemukan asosiasi Valentine dengan cinta lalu muncul pertanyaan sejak kapan ini menjadi budaya? Mengutip Wikipedia, kerangka yang diidentifikasi sebagai St. Valentine ditemukan dari sebuah makam dekat Roma. Jenazah kemudian dimasukkan ke dalam peti emas dan dikirim ke gereja Whitefrear Street Carmelite Church di Dublin, Irlandia. Jenazah ini diberikan ke mereka pada tahun 1836 oleh Paus Gregorius XVI. Setelahnya, banyak wisatawan yang berziarah ke gereja ini pada Hari Valentine dan peti emas ini diarak-arak dalam prosesi khusyuk dan dibawa ke sebuah altar yang tinggi. Pada hari itu juga sebuah misa khusus diadakan dan dipersembahkan kepada para muda-mudi dan mereka yang sedang menjalin hubungan cinta.
Hari Valentine Dihapus dari Kalender Gereja Tapi Terlanjur Membudaya
Ketidakjelasan legenda Valentine membuat pihak gereja menghapuskan hari raya Valentine dalam kalender gereja sejak tahun 1969. Hal ini bertujuan menghapus santo-santa yang asal-muasalnya dipertanyakan dan hanya berbasis legenda saja. Meski demikian, pesta berbentuk paroki-paroki tertentu tetap berlanjut.
Di Indonesia sendiri, perayaan Hari Valentine ini diperkirakan mulai masuk sekitar tahun 1980 seiring semakin mudahnya informasi masuk di era globalisasi. Hingga kini, pernak-pernik dan paket menyambut Hari Valentine bukan hanya ditawarkan oleh berbagai hotel di Indonesia, tetapi juga oleh toko-toko di pinggir jalan. Paket yang paling banyak diburu oleh pria untuk diberikan kepada wanita yang disukainya mulai dari cokelat, boneka hingga bunga. Selain itu, masih ada mall-mall dan kafe-kafe yang juga menggelar acara bertema Valentine Day. Demikianlah pelaku-pelaku bisnis mendapat keuntungan dari perayaan Hari Valentine yang sejatinya merupakan hari berkabung atas meninggalnya St. Valentine karena melawan kekuasaan Romawi Kuno.
Lalu kalangan mana yang paling banyak mengeluarkan biaya untuk memperingati Hari Valentine? Jawabnya adalah remaja-remaja yang terjebak pada prilaku konsumtif untuk menyenangkan pasangannya. Mereka justru tidak memahami esensi atau pesan perlawanan dari St. Valentine atas ketidakadilan yang dipraktikkan oleh penguasa yang dianggap menzalimi rakyatnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H