Bertempat di Kafe Baca Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Sulsel, puluhan penulis Makassar, Sulawesi Selatan berkumpul pada Kamis, 29 Desember 2023. Penulis yang berkumpul berasal dari berbagai latar belakang profesi seperti Guru Besar, Akademisi, Politisi, Sastrawan, Jurnalis hingga Guru. Mereka berkumpul di bawah koordinasi komunitas kepenulisan Satupena Sulsel dalam rangka peluncuran (launching) buku "Proses Kreatif Penulis Makassar" Jilid II. Rencananya kumpulan tulisan penulis Makassar ini akan diterbitkan dalam empat jilid.
Peluncuran buku kali ini mengusung tema "Peluncuran Buku dan Berbagi Inspirasi Akhir Tahun 2023." Penulis yang sekaligus ikut menyumbang tulisan dan mengikuti acara dari awal hingga akhir, tanpa meninggalkan kursi merekam begitu banyak inspirasi yang harus dibagikan. Hal ini sesuai dengan jejak rekam mereka yang hadir tanpa bermaksud membandingkan satu dengan yang lainnya.
Tentu yang paling pertama didaulat memberi sepatah kata adalah inisiator kegiatan yang sekaligus Koordinator Satupena Sulsel, yakni Rusdin Tompo. Mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) Sulsel ini di antaranya membagikan pesan bahwa menulis itu penting untuk memberikan argumen-argumen yang akan menjadi solusi atas sebuah permasalahan. Adapun quote inspirasi yang dibagikan, "Tidak ada satu pun tulisan yang akan berlalu begitu saja, karena setiap tulisan ada pembacanya."
Menyusul Rusdin Tompo, Firdaus Muhammad sekaligus editor buku diminta memberikan sambutan. Selain mengapresiasi penulis-penulis Makassar, ia juga memberikan apresiasi kepada beberapa penulis nasional yang berkenan berkontribusi menyumbang tulisan seperti S. Sinansari Ecip dan Prof. Anwar Arifin.
Editor buku dengan puluhan karya ini lalu mendaulat pembicara utama, S. Sinansari Ecip untuk berbagi inspirasi. Sosok jurnalis yang telah berusia 83 tahun ini merupakan tokoh pers dengan jejak rekam nasional dalam banyak media ternama seperti Republika, Panji Masyarakat, Pedoman Rakyat, hingga Fajar. Jurnalis dengan segudang pengalaman termasuk saat konflik Poso dan Ambon ini juga banyak memiliki karya berbentuk buku.Â
Saat menempuh pendidikan di Universitas Indonesia ia juga pernah merasakan gejolak mahasiswa hingga jatuhnya Orde Lama melalui aksi-aksi Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) bersama Gunawan Muhammad.Â
Tokoh Jurnalis ini juga pernah bersama Taufik Ismail, Sutarji Culsom Bachri mewakili Indonesia dalam satu ajang kepenulisan internasional. Kembali ke Makassar ia ikut merintis Fajar bersama tokoh pers Sulsel, M. Alwi Hamu. Ia juga diminta mengajar di Universitas Hasanuddin.
Lalu apa hal paling inspiratif yang dibagikan sesepuh jurnalis ini? Ia memberi pesan bahwa kekuatan penulis itu ada di pertengahan malam saat bermunajat kepada Rabb-nya. Berikutnya jangan malu untuk berlajar kepada para senior. Akhirnya tokoh pers yang telah berusia 83 tahun ini berpesan, "Pendidikan dan pengalaman itu penting, tetapi yang terpenting adalah kesehatan."