Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Launching Buku Penulis Makassar: Berbagi Inspirasi di Akhir Tahun 2023

29 Desember 2023   05:20 Diperbarui: 29 Desember 2023   05:23 241
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
dari kiri ke kanan: Rusdin Tompo, S. Sinansari Ecip, Armin Mustamin Toputiri, penulis, dan Prof. Anzar Abdullah (dok. Pribadi)

Siapa tokoh selanjutnya yang didaulat berbagi inspirasi? Pilihan jatuh kepada Dr. Adi Suryadi Culla. Masyarakat Sulsel sudah sangat familiar dengan sosoknya. Selain sehari-hari berprofesi sebagai Dosen Ilmu Politik di Universitas Hasanuddin (UNHAS), ia juga dikenal dalam rekam jejaknya yang positif sebagai Komisioner KPU Sulsel dan Pusat hingga dua periode. Awalnya ia menyampaikan tantangan menulis saat ini, misalnya meskipun data mudah didapatkan tetapi kadang sulit dituangkan.

Selanjutnya, akademisi dan tokoh Sulsel ini membagikan kisah inspiratifnya saat pertama menulis. Ia berkisah bahwa pertama kali menulis karena jatuh cinta saat duduk di kelas satu SMA. Tetapi ia tidak punya keberanian mengungkapkan isi hatinya, hingga ia putuskan mencurahkannya dalam bentuk tulisan. Tulisan itu lalu dikirimnya ke harian Pedoman Rakyat dan mendapatkan honor. 

Berkat usahanya ini, bukan hanya wanita impian yang berhasil dipersunting tetapi puluhan buku juga menyusul, termasuk yang diterbitkan oleh LP3S. Saat sesinya akan berakhir, dosen Ilmu Politik UNHAS ini membagikan buku terbarunya tentang demokrasi di Indonesia. Secara pribadi ia juga mengaku banyak menulis tentang Pemilu karena kekhawatiran adanya potensi konflik akibat kombinasi negatif antara sistem dan prilaku politik saat ini.

Dr. Adi Suryadi Culla saat berbagi inspirasi (Dok. Pribadi)
Dr. Adi Suryadi Culla saat berbagi inspirasi (Dok. Pribadi)

Setelah terpesona dengan inspirasi tokoh-tokoh sebelumnya, saya belum beranjak dari kursi. Pena saya masih meliuk-liuk di atas selembar kertas. Saya masih penasaran siapa lagi tokoh yang akan didadak untuk berbagi inspirasi. Lalu tersebutlah nama Armin Mustamin Toputiri. Sama dengan tokoh-tokoh sebelumnya, sosok humoris ini sangat familiar dengan masyarakat Sulsel. Selain penulis dan sastrawan, ia juga pernah menjadi legislator DPRD Sulsel selama dua periode.

Ada prinsip kepenulisan sedikit berbeda yang dibagikannya. Ia mengaku mengikuti aliran menulis dan menulis tanpa berpikir untuk diterbitkan menjadi sebuah buku. Intinya ia menuangkan seluruh ide dan gagasan di kepala, termasuk saat ia melukis. Ia membagikan pesan bahwa teruslah menulis untuk menjaga dan mengasah kepekaan sosial kita. Uniknya, jika ia tidak pernah berpikir menerbitkan buku, ia justru menyunting banyak buku bertema politik dan demokrasi untuk diterbitkan. 

Lalu bagaimana awalnya ia jatuh cinta untuk menulis? Ia berkisah bahwa sejak di pesantren (setingkat MTs) ia sudah menikmati membaca majalah-majalah di pesantrennya. 

Saat teman-temannya asyik berolah raga, ia justru mencuri-curi waktu membaca di perpustakaan. Ia pun kadang-kadang harus "keluar" pesantren untuk menemukan terbitan terbaru media yang terbit di Makassar, seperti harian Pedoman Rakyat dan Fajar. Ia pun bercerita bagaimana kemudian ia surat-menyurat dengan Arswendo Atmowiloto hingga dapat menulis di majalah Hi.

Setelah terpana, dengan penuturan Armin Mustamin Toputiri, saya tidak menyangka jika giliran saya yang "ditodong" oleh Rusdin Tompo dan Firdaus Muhammad untuk memberi semacam testimoni proses kreatif saya menulis. Spontan saya kaget dan justru mempersilakan senior saya di kampus untuk terlebih dulu berbicara. Beliau salah satu senior idola saya dalam keseriusan menempa diri dengan ilmu. Beliau bukan lagi nara sumber nasional, tetapi sudah internasional. 

Saat bertemu di Universitas Indonesia sebagai sesama pemakalah Seminar Nasional, ia masih melanjutkan perjalanan ke Padang dan Malaysia untuk menyajikan makalah. Ia kini menjadi Guru Besar Ilmu Sejarah di Uiniversitas Islam Makassar (UIM) setelah sebelumnya menjabat Ketua Program Studi Sejarah di UVRI Makassar. 

Berturut-turut kemudian, akhirnya saya harus rela menerima estafet mikrofon menyusul tokoh-tokoh sastrawan Sulsel seperti Badaruddin Amir, Yudistira Sukatanya dan Muhari Wahyu Nurba.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun