Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Batalyon Caracal: Mengungkap Kontroversi Tentara Wanita Israel

1 Desember 2023   13:28 Diperbarui: 1 Desember 2023   13:28 376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Personil Batalyon Caracal (Intisari Online)

Tentara wanita Israel pertama kali muncul di beranda youtube saya terkait dengan "serbuan" netizen Indonesia terhadap akun-akun tentara Israel dan nomor-nomor whatsapp mereka. Di antara tentara Israel yang merasa dirugikan dan "stres" akibat aksi "julid" netizen Indonesia ini adalah tentara wanita Israel Defence Force (IDF). Mereka bahkan mengancam akan melaporkan aksi netizen Indonesia ini ke Kementerian Pertahanan dan Polisi Israel bahkan Interpol.

Meski demikian, perhatian saya mulai tergoda ingin menulis tentang mereka saat menyaksikan video yang "viral" tentang seorang wanita yang histeris dan sangat ketakutan sambil menunjuk ke langit. Lalu ia didekati oleh seorang wanita berseragam tentara Israel yang mencoba menghiburnya. Belum ada keterangan dari pihak militer Israel terkait video yang viral ini.

Selanjutnya youtube kembali menyuguhkan video seorang tentara wanita Israel yang ditahan oleh Hamas. Sebelumnya ia tertangkap saat serangan Israel ke Jalur Gaza. Wanita keturunan Maroko yang baru berusia 19 tahun itu memberikan pesan kepada tentara Israel agar berhenti memborbardir Gaza karena serangan itu semakin mendekati dirinya. Ia khawatir akan menjadi korban dari serangan tentara Israel sendiri. Ternyata apa yang ia takutkan terjadi, ia tewas saat Israel tetap membombardir Gaza. Jenazah tentara wanita yang diketahui bernama Noa Marciano itu berhasil dievakuasi oleh tentara Israel.

Selain Noa Marciano, tentara wanita yang juga tewas dalam perang di Gaza diketahui bernama Barkitzi Matania Artzi. Ada informasi bahwa ia merupakan keponakan dari Sarah Artzi, istri Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu. Sebelumnya Netanyahu sudah kehilangan seorang anggota keluarganya yang juga tewas dalam perang di Gaza yakni Kapten Yair Edou Netanyahu.

Video lainnya masih mengandung misteri tentang tentara wanita Israel. Video itu intinya memberikan informasi bahwa tentara wanita sengaja dikirim ke Gaza untuk menjadi tameng atau tumbal. Hal ini diungkapkan sendiri oleh beberapa tentara wanita IDF yang identitasnya dirahasiakan. Menurutnya mereka kadang sengaja ditinggalkan bahkan tak disuplai persenjataan. Akibatnya banyak di antara mereka yang tewas dalam pertempuran. Ada pula yang ditahan oleh Hamas seperti yang dialami oleh tentara wanita keturunan Maroko yang akhirnya tewas karena serangan Hamas sendiri.

Jika dihubungkan dengan video tentara Israel dan rekaman suara yang viral tentang tentara Israel yang takut berperang dengan Hamas, maka kita bisa berspekulasi bagaimana mental tentara wanita Israel. Jika tentara pria saja dikatakan ketakutan menghadapi tentara Hamas yang mereka anggap seperti hantu, bagaimana pula dengan tentara wanita. Beberapa tentara wanita Israel tertangkap oleh Hamas bukan hanya saat pertempuran tetapi ada yang tertangkap saat serangan tiba-tiba Hamas ke wilayah Israel pada 7 Oktober 2023. Video penangkapan tentara wanita itu kemudian beredar di instagram pada 9 Oktober 2023.

Tentara wanita Israel (Kompas.com)
Tentara wanita Israel (Kompas.com)

Batalyon Caracal

Batalyon ini awalnya bertugas melakukan patroli di perbatasan Israel, tepatnya di sepanjang perbatasan Barat Daya Israel dengan Mesir. Mereka ditugaskan setelah melalui empat bulan pelatihan dasar ditambah tiga bulan pelatihan lanjutan, kecuali bagi mereka yang non-combatan pelatihannya cuma tiga minggu. Tetapi meski tetap terlihat sangar saat betempur, mereka tetaplah wanita yang feminim di luar tugas dengan ciri khas wanita yang suka berdandan. Meski demikian, mereka tetap harus tunduk pada aturan yang bertujuan menjaga hubungan mereka dengan tentara pria. Misalnya mereka tidak boleh mengenakan kaus putih, melepaskan bra, memakai celana di atas lutut, dan merokok di dekat tentara pria. Aturan ini juga terkait dengan bertambahnya tentara Israel yang religius, dan komandan yang sekuler pun mendukung aturan ini.

Secara keseluruhan personil batalyon ini adalah wanita. Meski demikian, ada pula informasi yang menyebutkan bahwa batalyon ini sebenarnya merupakan batalyon campuran tentara pria dan wanita. Menurut informasi ini dari total 500 personilnya, total ada 70% wanita (350 personil). Pendapat kedua inilah yang sepertinya lebih berkesesuaian dengan foto-foto yang banyak memperlihatkan tentara wanita berfose bersama dengan tentara pria.

Berbeda dengan video yang ditengarai tentara wanita Israel yang ketakutan, batalyon ini justru mengklaim telah membunuh 100 militan Hamas selama pertempuran di Gaza Selatan. Komandan batalyonnya, Letnan Kolonel Or Ben-Yehuda menegaskan hal ini menjadi pembuktian bahwa tidak ada keraguan tentang kemampuan batalyonnya. Perwira yang pernah terluka dalam perang tahun 2014 ini bahkan menceritakan bahwa batalyonnya bertempur dengan Hamas selama empat jam dalam sebuah pertempuran besar. Ia pun membanggakan batalyonnya yang selalu menang melawan Hamas.

Personil Batalyon Caracal (Intisari Online)
Personil Batalyon Caracal (Intisari Online)

Unit Tank Khusus Wanita

Selain pasukan infanteri, tentara wanita Israel yang duduk di atas tank juga kerap terlihat dalam video tentara Israel di medan tempur. Ternyata ini karena sejak tahun 2018, Israel memang telah membentuk unit khusus tank wanita dengan empat komandan. Ini sekaligus untuk menguji efektivitas peran wanita dalam operasi yang melibatkan kendaraan lapis baja. Tentu kita bisa membayangkan bagaimana para wanita ini berada di dalam kendaraan tempur yang sempit dan mungkin dalam waktu yang lama. Begitupun dengan keberanian luar biasa mereka sehubungan dengan sergapan tiba-tiba yang bisa saja digelar oleh Hamas. Belum lagi mereka harus membawa senjata berat dan pemeliharaan kendaraan tempur. Langkah pembentukan unit khusus tank wanita ini juga sempat menimbulkan kontroversi dan menimbulkan protes, terutama dari para pensiunan panglima militer. Mereka menyebut proyek ini sebagai sebuah eksperimen yang berbahaya.

Muslim-Arab dalam Kesatuan Tentara Wanita Israel

Ada yang istimewa dalam kesatuan tentara wanita Israel, dengan kehadiran personil wanita Muslim. Di beberapa video yang beredar selama perang Israel-Hamas tahun ini, mereka bukan hanya terlihat di medan pertempuran tetapi juga di control room Iron Dome.

Di antara sosok istimewa tentara wanita tersebut adalah wanita keturunan Arab berumur 33 tahun bernama Ella Waweya. Wanita yang berasal dari Utara Gaza ini menjadi perwira Muslim pertama yang menjadi walikota dalam militer Israel dan kini menjabat Wakil Juru BIcara IDF. Sebelumnya, Ella dan tentara Muslim lainnya di IDF sempat mengalami krisis identitas selama bermukim di Israel hingga Ia menerima semacam KTP kewarganegaraan Israel.

Ella dan lebih 600 wanita Muslim lainnya bukan hanya harus menghadapi krisis identitas tetapi juga tekanan emosional, sebab pilihan mengabdi ke Israel dianggap melanggar norma-norma kepatutan dalam lingkungan dan keluarga mereka, sehubungan dengan perlakuan Israel terhadap warga Palestina.

Meskipun demikian, Ella sendiri tetap bangga mengabdi pada Israel hingga ia dianugerahi dua penghargaan, salah satunya adalah President's Award Excellent (2015). Ia bahkan menjadi wanita Muslim-Arab pertama yang berhasil meraih pangkat Mayor dalam waktu tidak sampai sepuluh tahun sejak bergabung pada 2013 lalu.

Ella Waweya bersama tentara pria IDF (video Viva)
Ella Waweya bersama tentara pria IDF (video Viva)

Meski bergabungnya Muslim-Arab dianggap kontradiktif dengan garis perjuangan mayoritas Muslim dan negara Arab, namun ada kalangan yang membenarkan pilihan mereka dengan alasan peningkatan kesejahteraan. Ada juga yang mengapresiasi langkah Israel yang merekrut mereka sebagai upaya mengintegrasikan Israel dengan Muslim-Arab. Namun, ada juga yang mencurigainya sebagai upaya memecah belah bangsa Arab-Israel.

Jadi, di balik penampilan para tentara wanita Israel yang terlihat gagah berseragam militer, sesungguhnya ada kontroversi di tengah kehidupan mereka, dan untuk itu memang diperlukan mental yang kuat. Apalagi bagi mereka yang berasal dari Muslim-Arab, karena bisa jadi ada yang melabeli mereka penghianat perjuangan karena kesediaan mereka menjadi "mesin pembunuh" bagi warga Palestina sendiri.

Kontroversi Skandal Seksual Tentara Wanita Israel

Hal ini telah dipublish oleh beberapa media nasional sejak awal Oktober. Meski demikian, kasus seperti ini masih diselimuti kontroversi. Ada yang menyebut bahwa beberapa tentara wanita yang ditugaskan sebagai sipir penjara dan masih dalam masa wajib militer terlibat skandal dengan pria Palestina yang yang merupakan tahanan kasus terorisme karena terlibat dalam pembunuhan warga sipil Israel. Versi lain menyebutkan bahwa pria Palestina itu yang memaksa sipir penjara melakukan hubungan dengannya.

Meskipun kontroversi, tetapi kasus ini menyebabkan pemerintah Israel melalui Menteri Keamanan mengambil langkah mengeluarkan tentara wanita Israel dari wajib militer di tahanan-tahanan Israel. Hal ini pun ditindaklanjuti oleh komandan layanan penjara Israel yang membebastugaskan tentara wanita dari penjagaan keamanan penjara. Meski demikian, hal ini dilakukan secara bertahap karena untuk menggantikan seribuan tentara wanita penjaga keamanan penjara itu diperlukan proses perekrutan yang diperkirakan hingga pertengahan tahun 2025.

Demikianlah kontroversi yang dapat penulis sajikan terkait keberadaan tentara wanita dalam kesatuan IDF berdasarkan penelusuran terhadap berbagai sumber. Semoga dapat menambah wawasan tentang sisi lain konflik Israel-Hamas, sekaligus sisi lain kehidupan wanita yang tidak selamanya identik dengan feminisme. Ini juga menambah wawasan kita tentang pandangan sebagian wanita Muslim-Arab tentang emansipasi, terlepas dari kepentingan mereka bersedia mengabdikan diri bagi Israel. Apalagi bukan hanya Israel yang merekrut wanita untuk terjun ke militer, Palestina pun melakukan hal yang sama. Bahkan mereka juga merekrut para wanita untuk menjadi pasukan pengawal presiden.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun