Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kronologi Peran PBB dan AS dalam Memediasi Penyelesaian Konflik di Palestina

27 November 2023   12:36 Diperbarui: 27 November 2023   13:59 344
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Yitzak Rabin berjabat tangan dengan Yasser Arafat disaksikan oleh Bill Clinton pada Perjanjian Oslo tahun 1993 (Kompas.com)

Di antara penekanan Resolusi No. 242 Tahun 1967 adalah tidak dapat diterimanya perebutan wilayah melalui perang dan mengharuskan Israel keluar meninggalkan daerah pendudukannya di Palestina, namun Israel tidak mengindahkannya. Ironisnya, PBB tak mampu memberikan sanksi tegas terhadap Israel yang terang-terangan melanggar resolusi. Sebagaimana diketahui bahwa perang enam hari tahun 1967 antara Arab vs Israel berhasil dimenangkan oleh Israel. Akibatnya dalam waktu enam hari itu Israel merebut Tepi Barat dari Yordania, Jalur Gaza dan Semenanjung Sinai dari Mesir, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah. Israel kemudian bersedia mengembalikan Semenanjung Sinai ke Mesir tetapi menahan Tepi Barat, Jalur Gaza dan Golan. Israel pun menguatkan posisinya dengan membentuk pendudukan militer di wilayah-wilayah Palestina itu.

Nasib hampir sama dialami oleh Resolusi No. 338 Tahun 1973 yang merupakan upaya PBB menengahi konflik akibat perang Mesir dan Suriah melawan Israel (Perang Yom Kippur). Kedua negara Arab itu menyerang Israel untuk mengembalikan Semenanjung Sinai ke Mesir dan Dataran Tinggi Golan ke Suriah. Awalnya kedua pihak bersedia melakukan gencatan senjata sebagaimana seruan dalam resolusi sesuai proposal bersama Amerika Serikat dan Uni Soviet. Tetapi, kemudian pertempuran berlanjut di beberapa wilayah. Akibatnya Presiden Mesir, Anwar el Sadat lantas meminta AS dan Uni Soviet mengirimkan pasukan guna menegakkan gencatan senjata. Uni Soviet setuju, tetapi AS menolak. Akhirnya, DK PBB memutuskan pembentukan pasukan penjaga perdamaian sekaligus menjadi Pasukan Darurat kedua (UNEF II).

Perjanjian Camp David 1978

Peran AS lainnya dalam menengahi konflik di Palestina adalah Perjanjian Camp David tahun 1978. Perjanjian yang ditandatangani pada 17 September 1978 di Gedung Putih AS ini lagi-lagi melibatkan Presiden Mesir, Anwar Sadat dan Perdana Menteri Israel, Manachem Begin.

Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri), Presiden AS Bill Clinton (tengah) dan PM Israel Menachem Begin saat bertemu di Camp David 1978 (Kompas.com)
Presiden Mesir Anwar Sadat (kiri), Presiden AS Bill Clinton (tengah) dan PM Israel Menachem Begin saat bertemu di Camp David 1978 (Kompas.com)

Perjanjian rahasia yang diprakarsai oleh Presiden AS, Jimmy Carter ini mensyaratkan tiga komponen penting yaitu pengakuan Arab terhadap Israel, negara Arab tidak akan mengancam Israel dan tidak akan membagi-bagi Yerusalem serta penarikan pasukan Israel dari wilayah-wilayah pendudukan.

Perjanjian Oslo (Oslo Agreement) Tahun 1995

Perjanjian ini lahir akibat semakin memanasnya konflik Israel-Palestina pasca penetapan batas wilayah masing-masing melalui Resolusi PBB No. 181. Resolusi ini menetapkan bahwa Israel mendapatkan 56% wilayah, sedangkan Palestina mendapatkan 44%.

AS kembali hadir memediasi kedua pihak untuk bertemu dan berunding secara rahasia di Norwegia sebanyak dua kali (Oslo I dan II). Perjanjian Oslo ditandatangani di Washington DC pada 28 September 1995. Secara umum di antara kesepakatan Oslo adalah Israel tetap memegang kontrol atas wilayah pemukiman Yahudi dan instalasi militer. Adapun status kota Hebron menunggu negosiasi berikutnya. Selanjutnya, Tepi Barat akan dibagi menjadi tiga zona kontrol: Zona A seluas 3% di bawah kontrol Palestina, Zona B seluas 70% di bawah kontrol militer Israel, dan Zona C seluas 27% termasuk sebagian Gaza dikontrol bersama oleh otoritas Israel dan Palestina. Lebih lanjut Oslo juga mensyaratkan Palestina menggelar Pemilihan Umum (Pemilu).

Yitzak Rabin berjabat tangan dengan Yasser Arafat disaksikan oleh Bill Clinton pada Perjanjian Oslo tahun 1993 (Kompas.com)
Yitzak Rabin berjabat tangan dengan Yasser Arafat disaksikan oleh Bill Clinton pada Perjanjian Oslo tahun 1993 (Kompas.com)

Resolusi dan Peta Perdamaian Tahun 2002

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun