Israel benar-benar tidak menggubris kecaman PBB dan OKI yang mengecam blokade yang mereka lakukan terhadap Gaza pada 2008. Buktinya, blokade yang sama mereka ulangi pada 2010 dengan menahan semua bantuan yang akan masuk ke Palestina. Di antara peristiwa yang mungkin masih tersimpan dalam memori publik yang bersimpati terhadap penderitaan Palestina adalah saat tentara Israel menembaki kapal Mavi Marmara pada 30 Mei 2010. Mavi Marmara ketika itu membawa ratusan relawan dan belasan ton bantuan untuk Palestina.
Meski demikian, Perdana Menteri Palestina yang merupakan petinggi Hamas yakni Ismail Haniyyah masih bersedia berunding dan menyetujui perdamaian dengan Israel pada Desember 2010.
Konflik Tahun 2012
Tidak sampai dua tahun pasca perjanjian damai Israel dengan Palestina, konflik terbuka Israel-Hamas kembali pecah. Perang tentara Israel melawan kelompok Hamas ini kembali terjadi di Jalur Gaza pada 14 Nopember 2012 pasca Israel menggelar Operation Pillar of Defense. Tujuan operasi ini adalah untuk menghancurkan infrastruktur Hamas dan organisasi lainnya yang mendukung mereka. Meski tujuannya demikian, perang yang berlangsung hampir dua pekan itu kembali menimbulkan jatuhnya ratusan korban jiwa, baik anak-anak, wanita dan orang tua.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak tinggal diam. Melihat bencana kemanusiaan yang kembali ditimbulkan oleh agresi Israel, Majelis Umum menggelar voting yang diikuti oleh 193 negara anggota. Hasilnya, 138 negara mendukung Palestina, 9 tidak mendukung termasuk AS, Kanada dan Israel. Selebihnya, 41 negara menyatakan abstain.
Maka dengan hasil voting diumumkan pada 29 Nopember 2012 menetapkan bahwa PBB melalui Majelis Umum mengakui kedaulatan Negara Palestina. Tetapi Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu merespon pengakuan PBB ini dengan tegas sambil berkata, "Selama saya berkuasa, tak akan kubiarkan Negara Palestina berdiri sampai kapan pun." Pernyataan yang kemudian dipublish oleh banyak media massa internasional ini membuat Israel kehilangan dukungan termasuk dari sekutu-sekutunya di Eropa Barat yang saat voting menyatakan dukungan terhadap kedaulatan Palestina.
Konflik Sepanjang Tahun 2013
Sebelum konflik pecah, sedang diusahakan pembicaraan ke arah perdamaian yang diinisiasi oleh Mantan Sekretaris Negara AS, John Kerry. Perjanjian yang terkenal dengan nama peace talk yang menawarkan solusi dua negara ini juga gagal. Akibatnya sepanjang tahun 2013 konflik terbuka kembali terjadi. Di antara penyebabnya adalah pihak Israel terus menerus melakukan ekspansi pemukiman di Tepi Barat.
Meski Hamas berhasil menewaskan enam orang, di antaranya tiga perwira militer Israel, sedangkan tiga lainnya non-kombatan, namun korban serangan balasan Israel ke wilayah Jalur Gaza pada 3 April 2013 sebanyak 160 warga Palestina dan melukai sedikitnya 1.200 orang. Israel beralasan hanya melakukan serangan balasan pasca Hamas menyerang kota Sderot dengan roket bertepatan dengan kunjungan Presiden AS, Barack Obama. Sehari sebelumnya, Menteri Pertahanan Israel, Moseh Yaalon telah mengingatkan Jalur Gaza bahwa setiap serangan akan dibalas dengan keras oleh Israel.
Israel Menolak Persatuan Hamas-Fatah Tahun 2014