Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Silsilah dan Kisah Bani Israil: Perjalanan Panjang ke Baitul Maqdis

3 November 2023   13:50 Diperbarui: 3 November 2023   15:15 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi penyembahan patung anak sapi karya Nicolas Poussin (sumber: wikipedia)

Qubbatuz Zaman ini dibangun kala Bani Israil berada pada masa kebingungan, berkelana di muka bumi tanpa arah dan tujuan. Mereka shalat menghadap ke kubah yang merupakan kiblat sekaligus Ka'bah bagi mereka, dengan diimami Musa dan yang mempersembahkan kurban adalah saudaranya, Harun. Saat Harun meninggal dunia, kemudian disusul Musa, anak-anak Harun tetap menunaikan seruan ayah mereka untuk mempersembahkan kurban, yang hingga saat ini masih dijalankan.

Adapun mengenai wafatnya Musa as, dijelaskan bahwa ia wafat sebelum Bani Israil memasuki Baitul Maqdis yaitu saat Bani Israil masih berada dalam situasi membingungkan, berkelana ke sana ke mari tanpa tentu arah. Di antara buktinya adalah kata-kata Musa berikut saat memilih kematian, "Ya Rabb! Dekatkan aku ke Baitul Maqdis sejauh lemparan batu." Andai Musa sudah memasuki Baitul Maqdis, tentu tidak meminta seperti itu. Namun, kala Musa menghadapi situasi membingungkan bersama kaumnya dan kematiannya tiba, ia ingin berada di dekat Baitul Maqdis yang hendak ia tuju sebagai tempat hijrah dan yang ia perintahkan kepada kaumnya agar memasuki tempat tersebut. Namun, takdir menghalangi Musa untuk sampai ke Baitul Maqdis sejarak lemparan batu. Itulah mengapa pemimpin seluruh manusia sekaligus utusan Allah, Nabi saw berkata kepada seluruh penduduk perkampungan dan perkotaan, "Andai aku berada di sana, tentu aku perlihatkan makamnya kepada kalian, di dekat bukit merah."

Bani Israil Memasuki Baitul Maqdis Dipimpin Yusya' bin Nun

Setelah Musa dan Harun meninggal dunia, beban nubuwah dan urusan agama dijalankan oleh pelayan Musa, Yusya' bin Nun. Dialah yang membawa Bani Israil memasuki Baitul Maqdis. Saat itulah, ia mendirikan kubah ini di atas Shakhrah Baitul Maqdis dan mereka shalat menghadap kubah ini. Setelah kubah terlihat, mereka shalat menghadap tempat kubah berada, yaitu Shakhrah. Inilah kiblat para nabi setelahnya hingga masa Rasulullah saw yang shalat menghadap ke kubah ini sebelum berhijrah. Beliau memosisikan Ka'bah di depan beliau. Kemudian setelah berhijrah, beliau diperintahkan untuk shalat menghadap Baitul Maqdis. Beliau shalat menghadap Baitul Maqdis selama 16 bulan---pendapat lain menyebut 17 bulan. Setelah itu, kiblat dipindah ke Ka'bah---inilah kiblat Ibrahim---pada bulan Sya'ban tahun 2 Hijriyah.

Adapun Yusya' bin Nun sesungguhnya masih memiliki keterkaitan nasab dengan Musa sebagaimana silsilah yang dituliskan Ibnu Katsir yakni Yusya' bin An-nasa'i bin Ifraim bin Yusuf bin Ya'kub bin Ishak bin Ibrahim. Dengan demikian, silsilah Musa dan Yusya' bertemu di Nabi Ya'kub. Perbedaannya adalah Musa merupakan keturunan dari Lawi sedangkan Yusya' keturunan dari Nabi Yusuf.

Selain tugas memimpin Bani Israil memasuki Baitul Maqdis setelah wafatnya Harun dan Musa. Yusya' juga harus memimpin 12 kabilah yang telah dibentuk oleh Musa di akhir masa-masa hukuman 40 tahun Bani Israil. 12 kabilah ini berdasarkan 12 putra Nabi Ya'kub as. Itulah sebabnya nama-nama kabilah diambil berdasarkan nama-nama putra Nabi Ya'qub yakni Rubil, Syam'un, Yahudza, Esakhar, Yusuf, Maisya, Benjamin, Had, Asyir, Dan, dan Naftali. Secara keseluruhan pasukan ini berjumlah 545.150 personil. Wallahu a'lam.

Untuk kabilah kedua belas, yaitu Bani Lawi, tidak dicatat bersama kabilah yang lain. Sebab, Allah memerintahkan Musa untuk tidak menyertakan mereka dalam barisan prajurit, karena mereka sudah memiliki tugas tersendiri; memikul Qubbatusy Syahadah (Qubbatuz Zaman, Ka'bah mereka), memasang dan menjaganya, selanjutnya membawanya saat Bani Israil pindah. Mereka adalah cucu-cucu Musa dan Harun, mereka berjumlah 22.000 orang, mulai dari yang berusia satu bulan dan seterusnya. Bani Lawi sendiri terdiri dari dari beberapa kelompok, di setiap kelompoknya pasti ada beberapa orang yang bertugas menjaga Qubbatuz Zaman, merawat, mendirikan, dan memindahkan. Mereka semua berada di sekitar kubah ini, baik saat singgah ataupun dalam perjalanan. Adapun yang berada di barisan depan pasukan Bani Israil dalam perjalanan menuju Baitul Maqdis adalah Yusya' bin Nun.

Yusya' membawa Bani Israil mengarungi sungai Urdun dan menepi di Ariha. Ariha adalah kota dengan benteng paling kuat, bangunan-bangunan paling tinggi, dan penduduk paling banyak. Yusya' kemudian mengepung kota ini selama enam bulan.

Suatu hari, mereka mengepung dan menghantam kota ini dengan tanduk-tanduk binatang, mereka semua bertakbir serentak, hingga benteng-benteng kota ini rusak dan runtuh, mereka kemudian masuk dan mengambil rampasan-rampasan perang yang ada di dalamnya, mereka membunuh 12.000 lelaki dan wanita. Mereka memerangi banyak sekali raja. Menurut salah satu sumber, Yusya' berhasil mengalahkan 31 raja-raja Syam.

Ahli kitab menyebutkan, pengepungan Yusya' berakhir pada hari Jum'at selepas Ashar. Saat matahari terbenam atau hampir terbenam, kemudian hari Sabtu masuk, hari yang disyariatkan kepada mereka agar fokus beribadah, Yusya' berkata kepada matahari, 'Engkau diperintahkan, begitu juga aku. Ya Allah! Tahanlah matahari untukku.' Allah kemudian menahan pergerakan matahari hingga Yusya' leluasa menaklukkan Baitul Maqdis. Allah memerintahkan bulan berhenti berputar dan tidak terbit. Hal ini menunjukkan, bahwa malam tersebut adalah malam keempat belas bulan pertama.

Saat memasuki pintu gerbang Madinah, Yusya' memerintahkan Bani Israil untuk menunduk rukuk seraya merendahkan diri dan bersyukur kepada Allah 'Azza wa Jalla atas kemenangan besar yang diberikan, seperti yang Ia janjikan pada Yusya', dan saat masuk harus mengucapkan, "Hiththat," yaitu semoga dosa-dosa kami sebelumnya dihapus, kala kami mundur untuk berperang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun