Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Silsilah dan Kisah Bani Israil: Perjalanan Panjang ke Baitul Maqdis

3 November 2023   13:50 Diperbarui: 3 November 2023   15:15 1422
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Nabi Yakub dan keluarga memasuki istana Firaun dengan dikawal prajurit Mesir (sumber: Film Nabi Yusuf)

Ilustrasi Nabi Yakub dan keluarga memasuki istana Firaun dengan dikawal prajurit Mesir (sumber: Film Nabi Yusuf)
Ilustrasi Nabi Yakub dan keluarga memasuki istana Firaun dengan dikawal prajurit Mesir (sumber: Film Nabi Yusuf)

Penderitaan Bani Israil di Bawah Kekuasaan Firaun

Bani Israil menetap di Mesir selama 426 tahun, terhitung saat mereka masuk ke negeri ini bersama ayah mereka, Israil (Ya'kub), hingga keluar bersama Musa as. Ia sendiri merupakan keturunan dari Lawi bin Ya'kub bin Ishak bin Ibrahim. Dengan demikian, Nabi Musa juga merupakan salah satu Nabi keturunan Bani Israil. Dikisahkan bahwa Bani Israil mengalami perlakuan semena-mena atau tertindas oleh Firaun yang mendeklarasikan dirinya sebagai Tuhan. Maka Musa as dikirim mendakwahi Firaun ditemani oleh saudaranya, Harun as.

Muncul pertanyaan, jika Musa selamat dari kekejaman Fir'aun karena diadopsi oleh Asia, istri Fir'aun, kemudian kembali ke pangkuan ibunya, bagaimana halnya dengan Harun? Dijelaskan oleh Ibnu Katsir bahwa sejumlah mufassir menyebutkan, kaum Qibhti mengeluh minimnya populasi Bani Israil kepada Fir'aun karena bayi lelaki dari kalangan mereka dibunuh. Fir'aun juga khawatir kalangan tua kerepotan karena anak-anak dibunuh, sehingga terpaksa harus melakukan pekerjaan-pekerjaan yang biasa dilakukan Bani Israil. Akhirnya, Fir'aun memerintahkan untuk membunuh anak-anak lelaki secara bergantian setiap dua tahun sekali. Para mufassir menyebutkan, Harun lahir pada tahun ketika hukuman mati bagi bayi lelaki tidak berlaku, sementara Musa lahir pada tahun di mana bayi lelaki harus dibunuh.

Dikisahkan kemudian bahwa Musa as ditemani Harun as menemui Fir'aun dan menyampaikan dakwah serta meminta Firaun agar melepaskan tawanan-tawanan Bani Israil dari kekuasaan, penindasan dan perlakuan semena-mena, biarkan mereka beribadah kepada Rabb seperti yang mereka inginkan, fokus mengesakan-Nya, berdoa dan memohon sepenuh hati kepada-Nya.

Fir'aun bersikap tinggi hati, sombong dan berlaku semena-mena, menatap Nabi Musa dengan pandangan menghina seraya mengatakan, "Bukankah kami telah mengasuhmu dalam lingkungan (keluarga) kami, waktu engkau masih kanak-kanak dan engkau tinggal bersama kami beberapa tahun dari umurmu," yaitu bukankah kau yang telah kami asuh di kediaman kami? Bukankah kami telah berbuat baik kepadamu, memberikan segala kenikmatan kepadamu beberapa lama?

Fir'aun tidak hanya menyebut jasanya pernah memelihara Musa, tetapi juga mengungkap kesalahannya yakni membunuh seorang Qibthi lalu menyebut Nabi Musa sebagai orang yang tidak pandai berterima kasih. Musa as menjawab bahwa kebaikan Firaun telah sebanding dengan perlakuannya terhadap Bani Israil secara keseluruhan; karena telah mempekerjakan dan memperbudak mereka. Selanjutnya dikisahkan duel antara Musa as melawan tukang-tukang sihir Firaun yang dimenangkan oleh Musa as. Setelah kejadian ini Musa as kembali ke kaumnya, tetapi mereka segera menyadari bahwa mara bahaya sedang mengancam mereka.

ilustrasi penyebarangan laut merah oleh Nicolas Poussin (sumber: wikipedia)
ilustrasi penyebarangan laut merah oleh Nicolas Poussin (sumber: wikipedia)

Bani Israil Meninggalkan Mesir

Para mufassir dan kalangan ahli kitab menuturkan, "Bani Israil meminta izin kepada Firaun untuk ikut pergi merayakan hari raya mereka. Firaun dengan sinis mempersilakan mereka ikut pergi. Tapi sebenarnya Bani Israil bersiap-siap untuk pergi meninggalkan Mesir. Cara ini dilakukan Bani Israil untuk mengelabui Firaun dan pasukannnya, agar mereka bisa melepaskan diri dan pergi meninggalkan Firaun."

Allah kemudian memerintahkan Bani Israil---menurut penuturan ahli kitab---untuk meminjam perhiasan dari kaum Qibthi, orang-orang Qibthi meminjamkan banyak sekali perhiasan pada mereka. Bani Israil kemudian keluar pada malam hari, mereka pergi dengan mengendap-endap menuju Syam. Saat Firaun mengetahui Bani Israil melarikan diri, ia sangat marah sekali, ia langsung memobilisasi pasukan dan memerintahkan untuk mengejar dan menumpas mereka semua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun