Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Prahara 10 Muharam (Tragedi Karbala) dalam Catatan Penulis Dunia dan Indonesia

28 Juli 2023   07:33 Diperbarui: 28 Juli 2023   09:31 282
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cover "Syuhada Padang Karbala" karya Musa as-Shadr

Buku selanjutnya masih terbit di Beirut dengan judul Abu Asy-Syuhada Husain bin Ali. Buku yang ditulis oleh Abbas Mahmud Al-Aqqad ini juga telah diterjemahkan ke bahasa Indonesia dengan judul "Husain Pejuang Sejati" dan diterbitkan oleh Pustaka Azzam (2002). Di tahun yang sama, Yayasan Fatimah menerbitkan buku "Tragedi Penindasan Keluarga Nabi saw", terjemahan dari Imam Hussein and The Day of Asyura karya Al-Balagh Foundation, Iran.

Ada pula buku "Mereka Meluruskan Revolusi ASHURA" yang berisi kumpulan ceramah tiga intelektual sekaligus yaitu Prof. Murtadha Muthahhari (Iran), Al-Allamah As-Sayyid Muhammad Hussein Fadlullah (Libanon) dan DR. Ali Syari'ati (Iran). Menariknya di sampul depan buku ini dikutip kalimat Pemimpin Besar Revolusi Indonesia, Ir. Soekarno, "Hussein adalah panji berkibar yang diusung oleh setiap manusia yang menentang keangkuhan, ketika penguasa telah tenggelam dalam kelezatan dunia serta meninggalkan rakyatnya dalam penindasan dan kekejaman."

Bukan hanya penulis dan penerbit di Libanon dan Iran yang menunjukkan simpati atas Tragedi Karbala, tidak ketinggalan penulis di Irak dan Kuwait. Di Irak, risalah tentang Tragedi Karbala ditulis langsung oleh keturunan Nabi saw yang hidup di antara 589-664 H. Silsilah beliau dari garis ayah bersambung ke Imam Husain dan dari ibundanya bersambung ke Imam Hasan. Karena itulah beliau disebut Dzul Hasabain (orang yang memiliki dua silsilah mulia). Beliau lahir di Hullah tetapi kemudian mengunjungi Karbala, Samarra lalu menetap di Baghdad. Beliau masih menetap di sana saat Mongol menghancurkan kota itu. Beliau bernama Sayyid Ibnu Thawus, sedangkan risalahnya berjudul Al-Mahluf fi Qathla Al-Thufuf. Diterjemahkan dan dicetak dalam bahasa Indonesia oleh Penerbit Mihr (1999) dengan judul "Duka Padang Karbala."

Sementara di Kuwait terbit risalah dalam bahasa Persia berjudul Waq'eat-e 'Asyura wa Fasuqh be Syubuhat karya Ali Ashgar Ridhwani. Risalah ini telah diterbitkan juga dalam edisi Indonesia oleh Penerbit Al-Huda (2008) dengan judul "Tragedi Asyura dan Menjawab Pelbagai Keraguan Tentangnya."

Selain perspektif historis ada pula penulis luar negeri yang mengkajinya melalui pendekatan sejarah dan fiqih sebagaimana yang dilakukan oleh Al-Khotib Syekh Abdul Wahab al-Kasyi melalui karyanya Ma'sah Al-Husain Bainal Sail wal Muiib. Buku ini juga telah diterbitkan dalam edisi Indonesia oleh Yayasan Islam Al-Baqir (1996) dengan judul "Asyura dalam Perspektif Islam".

Penulis Indonesia pun Tidak Ketinggalan. 

Diantaranya novel sejarah karya penulis Indonesia adalah "Prahara di Nainawa" oleh Muhsin Labib.

"Peristiwa yang diceritakan dalam buku ini bukan hanya tragis, tetapi juga sangat ironis, karena terjadi hanya beberapa tahun dari wafatnya Nabi Muhammad saw. Belum pernah terjadi di masa jahiliyah, adanya pembantaian yang lebih keji dan lebih sadis dari pembantaian ini." Demikian potongan kalimat yang tertulis di sampul belakang novel yang diterbitkan oleh Yayasan Ulul Albab, Lhokseumawe Aceh (1999).

cover
cover "Prahara di nainawa" karya Muhsin Labib (dok. pribadi)

Selain deretan buku/novel di atas masih banyak buku-buku yang menunjukkan simpati terhadap salah satu tragedi terbesar dalam sejarah kelam umat Islam di antaranya "HUSEIN Pahlawan dan Syahid Besar" tulisan Prof. Fazl Ahmad dan telah disadur oleh Drs. H. A. Nawawi Rambe, "Tragedi Berdarah di Padang Karbala" tulisan Abu Ghozie As-Sundawie yang merupakan ringkasan kitab Higbah Miant Taarikh hlm. 229-243 karya Syaikh "Utsman bin Muhammad al-Khamis.

Tidak ketinggalan buku yang judulnya bermaksud menggugah perasaan duka dan simpati. Buku tersebut berjudul "Nabi Muhammad saw Berduka dan Menangisi Al-Husain. Mengapa Kita Tidak?". Buku yang diterbitkan oleh Pustaka Al-Kautsar ini adalah buah tangan dari Abu Nu'man as-Sulaifi. Di antara dalil yang dikutip dalam risalah ini adalah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Al-Baihaqi yang sanadnya bersambung kepada Asma' binti Umais (wanita yang membantu kelahiran cucu Nabi, Hasan dan Husain).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun