Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Timor Leste: Dulu Propinsi Indonesia, Kini Anggota ASEAN

16 November 2022   20:07 Diperbarui: 16 November 2022   20:15 919
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pasukan TNI beroperasi di Timor Timur (Pos Kupang.com)

Presiden Suharto ketika itu menyatakan sikap bahwa Indonesia tidak punya ambisi teritorial; Indonesia menghormati hak rakyat Timor Timur untuk menentukan nasib sendiri; dan bila Timor Timur ingin bergabung dengan Indonesia, tidak mungkin bergabung sebagai negara, melainkan sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Jika pertemuan dengan Indonesia membuahkan sedikit peluang, berbeda dengan Portugal yang berakhir tanpa hasil sebagaimana juga Australia yang menolak keinginan mereka. Akibatnya terbentuk faksi-faksi di antara partai-partai untuk menentukan masa depan Timor Timur. 

Koalisi Fretilin dan UDT menginginkan Timor Timur menjadi negara merdeka, namun dalam perkembangannya UDT berkoalisi dengan Apodeti yang menginginkan berintegrasi dengan Indonesia. Belakangan KOTA dan Trabalhista merapat ke koalisi Apodeti.

Massa pro-kemerdekaan membawa bendera Fretilin (OekusiPost.com)
Massa pro-kemerdekaan membawa bendera Fretilin (OekusiPost.com)

Perang Saudara, Proklamasi Tandingan dan Campur Tangan Amerika

Perbedaan pendirian di antara dua koalisi memicu perang saudara yang berlangsung selama sepekan (20-27 Agustus 1975). Konflik bersenjata ini dimenangkan oleh Fretilin yang kemudian secara de facto memegang kendali atas Timor Portugis. 

Partai pro-kemerdekaan ini lantas membentuk pemerintahan sementara sambil mencoba berkomunikasi dengan Portugal. Tetapi karena prosesnya dipandang lambat dan mengecewakan maka Fretilin lantas memproklamirkan kemerdekaan Timor Timur secara sepihak pada 26 Nopember 1975 dengan nama Republik Demokratis Timor Leste. 

Portugal menyatakan dukungannya, sedangkan Indonesia menyatakan keberatannya karena sebelumnya telah ada kesepakatan dengan Portugal saat pertemuan di Roma.

Menyusul sikap Indonesia, koalisi Apodeti, UDT, Trabalhista dan KOTA mengadakan proklamasi tandingan di Balibo pada 30 Nopember 1975 dan menyatakan Timor Timur sebagai bagian dari Indonesia. Proklamasi ini ditindaklanjuti dengan pembentukan pasukan koalisi yang terdiri dari para pengungsi dari perbatasan Timor Barat yang jumlahnya mencapai 40 ribu orang. 

Milisi inilah yang melakukan penyerangan terhadap kedudukan Fretilin dengan dukungan militer Indonesia. Ada kalangan yang menyebut bahwa operasi militer Indonesia di Timor Timur ikut dudukung oleh Amerika Serikat yang khawatir Timor Timur jatuh ke dalam pengaruh komunis. 

Hasilnya pasukan pro-integrasi berhasil memenangkan perang dan segera membentuk Pemerintahan Sementara Timor Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun