Karir Ma He sebagai kasim di istana Beijing mulai bersinar setelah tuannya, Zhu De menduduki tahta Kaisar Ming. Ma He kemudian menjadi orang dekat kaisar bahkan ia menjadi salah satu penasihat. Ma He lalu mendapat penghargaan yakni berhak menggunakan nama  Cheng---sebuah nama marga yang terhormat.
Kaisar Zhu De yang juga disebut Kaisar Yong Le ini berambisi mengembalikan kejayaan negeri Tiongkok sejak kejatuhan Dinasti Mongol (1368). Cheng Ho yang ketika itu masih berusia 34 tahun menawarkan diri mengadakan muhibah ke berbagai negeri. Kaisar tentu kaget sekaligus terharu karena muhibah ini berarti sebuah perjalanan mengarungi samudra yang bisa menghabiskan waktu bertahun-tahun.Â
Meski demikian, Kaisar akhirnya menyetujui dengan catatan muhibah ini mengusung dua misi utama yaitu mengembangkan perdagangan internasional dan diplomasi untuk meluaskan pengaruh kekaisaran Tiongkok (Dinasti Ming).
Armada Besar di Setiap Ekspedisi
Kaisar Zhu De mendukung sepenuhnya misi Laksamana Cheng-Ho. Hal ini dibuktikan dengan menyertakan armada besar di setiap ekspedisi yang dipimpinnya. Hal itu sudah terlihat sejak ekspedisi pertama yang bertepatan dengan musim semi 1405. Saat itu terlihat ada 62---catatan lain menyebut 300 kapal yang dipersiapkan di Pelabuhan Taichang di muara sungai Yang Tse.Â
Di antara kapal-kapal itu ada yang terlihat menyolok karena ukurannya yang sangat besar. Itulah kapal induk yang akan digunakan oleh Laksamana Cheng-Ho. Panjang kapal yang mencapai 138 m dan lebar 56 m menjadikannya kapal terbesar yang pernah dibuat sejak abad ke-5.Â
Kapal induk ini bukan hanya dilengkapi peralatan navigasi yang canggih pada masa itu tetapi juga teknologi penyimpanan pangan yang baik sehingga sayur-sayuran akan tetap segar meski harus berlayar dalam waktu lama. Sanitasi yang baik juga mampu mencegah penyakit agar tidak mewabah. Kapal ini kemudian dikenal dengan nama "Kapal Pusaka" atau "Kapal Harta Karun."
Armada Cheng-Ho juga disertai oleh kapal-kapal dengan fungsinya masing-masing, misalnya kapal pengangkut perbekalan dan kuda, kapal bahan makanan, kapal pembantu, kapal duduk (kapal komando) dan kapal tempur yang tujuannya bukan untuk penyerbuan tetapi sekedar berjaga-jaga terhadap kemungkinan serangan perompak.Â
Itulah sebabnya, kapal-kapal itu tidak banyak mengangkut senjata. melainkan justru banyak membawa cindera mata untuk mendukung misi diplomasi mereka. Tidak lupa mereka membawa barang-barang seperti kain sutra, keramik porselen, barang logam (emas, perak, besi, perunggu), kertas, teh, obat-obatan, dan alat pertanian.