Di sinilah kakak beradik ini bertemu dengan putra Sultan Murad II yakni Mehmed II. Tetapi yang bersahabat dengan Mehmed II adalah sang adik.Â
Adiknya ini bahkan memutuskan memeluk Islam dan diberi gelar Bey oleh Sultan Murad II. Dracula semakin iri terhadap adiknya yang juga dapat gelar di istana Wallachia sebagai Radu cel Frumos yang artinya Radu yang Tampan.
Berbeda dengan adiknya yang berjiwa ksatria dan tekun belajar, Dracula yang telah tersulut rasa iri terhadap adiknya dan dendam ke Turki karena telah menahannya juga memiliki sifat yang kasar dan keras kepala.Â
Ia bahkan berani melawan gurunya. Itulah sebabnya ia sempat dikurung dan dihukum cambuk. Ia juga kadang bolos belajar untuk melihat pelaksanaan hukuman pancung di alun-alun atau menangkap burung atau tikus lalu disiksa dengan tombak.
Meski demikian, Dracula tetap bersama adiknya belajar kemiliteran dari para prajurit Turki dalam kesatuan Janissary, salah satu prajurit terhebat di dunia. Semangat belajarnya dalam kemiliteran ini menjadikannya prajurit andal, bahkan melebihi rata-rata prajurit Turki.Â
Itulah sebabnya, meski usianya baru 17 tahun, Sultan Murad II mengirimnya ke Wallachia untuk merebut kota kelahirannya ini dari pemberontak. Hal ini terjadi tidak lama setelah ayah dan kakak Dracula, Mircea dibunuh dalam sebuah kudeta berdarah pada 1447 yang dipimpin oleh Janos Hunyadi---kadang ditulis John Hunyad, tokoh militer Hungaria.
Haus Darah Sejak Remaja
Dracula berhasil menjalankan misinya berkat dukungan prajurit-prajurit Turki. Setelah perang usai, sebagian besar prajurit ini kembali ke Turki. Adapun Dracula diangkat oleh Sultan Murad II menggantikan ayahnya Vlad II yang telah dibunuh oleh Janos.Â
Perlu diingat bahwa Vlad III Dracula pertama kali berkuasa pada 1448 dalam usia 17 tahun. Ternyata setelah berkuasa, Dracula mengkhianati perdamaian dengan Sultan Murad II.Â
Berbekal bahasa Arab, Turki dan pengetahuan kemiliteran dalam Janissary, Dracula menyamar dan menghancurkan benteng-benteng Islam di Rumania.