Meski beliau menegaskan bahwa penamaan Pinisi dari kata "panisi" atau "mappanisi" tetapi beliau tetap menerima pendapat yang mengatakan bahwa penamaan Pinisi berasal dari kata "Venecia" sebuah kota pelabuhan di Italia sebagaimana dituliskan oleh Usman Pelly (1975). Buktinya, Bapak Arief Saenong menuliskan pendapat ini dalam bukunya.
Meski beliau masih sangat antusias berkisah tentang sejarah dan cara pembuatan Pinisi, penulis merasa sudah sangat lama menyita waktunya. Apalagi beliau masih kurang sehat dan masih harus rawat jalan hingga ke kota Makassar.Â
Penulis cukup terperangah saat diminta mengisi buku tamu. Buku album yang lumayan tebal itu telah penuh dengan sejumlah nama dan tanda tangan. Bukan hanya nama sejumlah wartawan media lokal dan nasional, tetapi tertera pula nama sejumlah perwira terutama TNI AL.Â
Penulis sempat bingung saat beliau bertanya tentang profesi. Setelah terdiam beberapa saat, saya menjawab bahwa saya Guru Sejarah. Kelihatannya beliau tidak puas, hingga bertanya kembali tentang media tempat saya menulis. Akhirnya Saya putuskan untuk menjawab bahwa Saya menulis di blog milik Kompas. Beliau terlihat bangga mendengar Saya menyebut nama Kompas.
Bapak Arief Saenong mohon maafkan Saya, karena tidak langsung menuliskan hasil bincang-bincang kita dulu. Saya menunggu momen yang tepat. Pekan ini adalah saat yang tepat karena bertepatan dengan Festival Pinisi yang digelar di Butta Panrita Lopi, Bulukumba Propinsi Sulawesi Selatan.
Semoga di momen ini Kami dapat mengenang sosok dan jasa besarmu dalam membesarkan Pinisi dan melestarikan tradisi kemaritiman di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H