Meskipun sejak empat tahun terakhir rutin mudik, saya belum menuliskan perihal "mudik selera" di kampung halaman saya sendiri. Padahal tempat melabuhkan lidah saya tidaklah perlu dijangkau dengan kendaraan bermotor dan waktu yang lama, apalagi zaman saya belum keluar dari Bangka.
Pembentuk Selera Asal
Sepakat atau tidak, menurut saya, selera atau cita rasa terbentuk sejak masa kanak-kanak. Pada masa kanak-kanak, selera asal dimulai dari dalam rumah, luar rumah (sekitar rumah), dan sekolah.
Kemudian tempat menikmati jajanan khas Bangka memang dekat di sekitar rumah orangtua saya, Kampung Sri Pemandang Atas. Ketika masih SD, beberapa tetangga memproduksi (home industry) empek-empek, bakwan, rujak su'un (su'un = mi putih), lakso (laksa), kue jungkong, dan seterusnya.
Ada tetangga yang membuka warung jajanan, semisal Nek Jarmi. Warung berkonstruksi kayu sederhana tanpa dinding, dan beratap anyaman daun rumbia itu berada di depan rumahnya yang berjarak puluhan meter saja dari rumah orangtua saya. Menunya berupa empek-empek, bakwan, dan rujak su'un.
Ada juga yang menjualnya sampai melintasi kampung-kampung dengan berjalan kaki saja setelah pulang dari sekolah, semisal Rosidi (Sidi) bin Dullah. Rumahnya bersebelahan dengan Nek Jarmi atau  satu rumah dengan tetangga samping kanan rumah orangtua saya. Kalau terlewatkan atau kehabisan, saya bisa datang ke rumahnya untuk membeli empek-empek yang belum digoreng.
Para tetangga yang menjual, semisal empek-empek, pasti menyertakan cukanya (kuahnya). Cukanya "sederhana" dengan bahan bawang putih, cabai, kecap, gula, sedikit garam, sedikit cuka makanan, dan air panas.
Ketika memasuki masa pubertas-remaja, para tetangga itu sudah tidak berproduksi. Yang kemudian muncul sekitar awal 1980-an adalah warung Yuk Nina yang masih sangat sederhana dengan konstruksi kayu bulat, tanpa dinding, dan beratap anyaman daun rumbia.
Selain di sekitar rumah, saya pun jajan di lingkungan dekat sekolah (SD-SMP Maria Goretti) atau selama 9 tahun (masa sekolah). Di situ terdapat jajanan, misalnya engjan (enjan), bujan, bujan saga' (bujan ubi parut), dan lain-lain dengan kuah yang berbahan tauco. Waktu itu kuah tauco belum saya temukan di jajanan sekitar rumah orangtua saya.