Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Gejayan Ora Gojek

24 September 2019   03:04 Diperbarui: 24 September 2019   04:05 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Demo #GejayanMemanggil yang digelar oleh Aliansi Rakyat Bergerak pada Senin, 23/9, seakan menyapa saya di depan komputer jinjing.

Tagar GejayanMemanggil sebelumnya melejit di topik yang sedang tren (trending topic) Twitter pada Minggu malam (22/9) dan sedikit menyentil obrolan saya dan rekan di Kupang seusai menonton ulang debat tentang Papua antara Politisi PDIP Budiman Sudjatmiko dan Jurnalis Dandhy Dwi Laksono (21/9).

Sumber : Jawapos
Sumber : Jawapos
Aksi damai yang dilakukan oleh ribuan mahasiswa dari pelbagai perguruan tinggi di Yogyakarta tersebut berkaitan dengan UU KPK, Revisi Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), kerusakan lingkungan, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, RUU Penghapusan Kekerasan Seksual (PKS), dan penangkapan aktivis. Di samping itu, aliansi ini juga menyatakan mosi tidak percaya kepada DPR dan elite politik.

Sumber : Hipwee
Sumber : Hipwee
Tragedi Gejayan dan Moses Gatotkaca
Sapaan itu seketika membuka album usang dengan gelora yang luar biasa. Reformasi 1998, dan saya masih berada di sana.

Sumber: Okezone
Sumber: Okezone
Jl. Affandi tetapi lebih dikenal dengan Jl. Gejayan merupakan saksi bisu atas suasana mencekam di sebagian Yogyakarta menjelang Reformasi 1998. Tidak sedikit fasilitas umum yang porak poranda ketika jalan itu menjadi arena demonstrasi mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), Universitas Sanata Dharma (USD), Univeristas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) bagian Kampus Mrican, dan kampus-kampus di sekitarnya.

Suber : Tribunnews
Suber : Tribunnews
Sejak berada di Kota Pelajar pada 10 Juni 1987 dengan indekos di Jl. Langensari (Pengok), Kompleks POLRI Balapan, baru menjelang Reformasi 1998 saya menyaksikan situasi yang sedemikan rupa. Berbeda secara drastis jika dibandingkan dengan hari-hari biasanya.

Di samping itu, sebuah jalan setapak di sebelah kiri Jl. Gejayan yang berpapasan dengan Selokan Mataram adalah saksi bisu berikutnya. Saya pun melintasi jalan pada malam yang mencekam dengan pemadaman listrik dan aksi sweeping mahasiswa terhadap aparat.

Dan, pada 8 Mei 1998 muncul "Tragedi Gejayan" atau "Gejayan Kelabu" yang menewaskan seorang mahasiswa Universitas Sanata Dharma (USD, yang sebelumnya IKIP Sadhar) bernama Moses Gatotkaca. Pada kejadian itu saya sedang berada di Babarsari dengan suasana yang juga mencekam dalam intimidasi aparat berpakaian lengkap.

Tragedi itu bermula ketika Moses yang sedang mencari makanan dengan melintasi kawasan yang tengah terdapat aksi demonstrasi yang ricuh-anarkis. Karena dikira sebagai bagian demonstran, ia dikeroyok oleh aparat hingga akhirnya meninggal dunia sebelum sampai di rumah sakit terdekat (RS Panti Rapih).

Sumber: Ki Demang @clemonganTOK
Sumber: Ki Demang @clemonganTOK
Namanya diabadikan sebagai nama jalan di sebelah kanan Jl. Gejayan atau selatan USD yang juga merupakan jalan masuk ke arah UAJY bagian Kampus Mrican. Meski batal, saya pernah diajak oleh seorang dosen saya untuk merancang "Monumen Reformasi".

Panggilan Pulang?
Kampus Mrican adalah sebutan kami untuk kampus UAJY yang berada di Mrican, dan di situ saya mengikuti Program Penataran P4 sebagai mahasiswa baru. Posisinya memang berdekatan dengan USD.

Kampus Mrican menaungi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) dan Fakultas Hukum (FH). Meski berkampus di Babarsari yang khusus Teknik dan Ekonomi, saya sering berkunjung ke FISIP untuk mengikuti kegiatan di FISIP.

Seorang kawan saya yang masih tersisa di Kampus Mrican adalah Yohanes Widodo yang kini sudah menjadi dosen di FISIP. Pada 12 Agustus 2019 saya masih dipertemukan dengan mantan aktivis yang pernah mogok makan pada demo 1994 ini ketika ia berkunjung ke Kupang setelah pulang dari Timor Leste.

Yohanes Widodo dan saya (Dok. Yohanes Widodo)
Yohanes Widodo dan saya (Dok. Yohanes Widodo)
Saya sempat ditanyanya, kapan mudik ke Jogja. Ah, pertanyaan yang selalu saya hindari, karena sangat sulit saya menjawabnya, dan saya cenderung akan bermuram durja.

Saya memang belum kembali ke Kota Budaya, meski belasan tahun saya pernah menikmati kehidupan beraneka suasana di sana. Ya, sejak 14 Mei 2005 saya meninggalkannya dengan berat hati, apalagi kemudian terjadi gempa dahsyat di sana.

Lantas, apakah tagar GejayanMemanggil  dengan demo itu juga memanggil saya untuk "pulang"?

Ah, saya ini kok, ya, terlalu gede rumangsa (GR), to? Lha wong Jokowi yang alumi Kehutanan UGM saja, embuh bagaimana (kabut asap karhutla terlalu pekat, ya?). Njuk, Budiman yang alumni Ekonomi UGM, piye? Embuh, ah!

Sumber : NalarPolitik
Sumber : NalarPolitik
Yang jelas, dalam perspektif saya yang sedang serius, kembali turunnya mahasiswa se-Jogja untuk berdemo besar-besaran di satu titik bernama Pertigaan Colombo Gejayan setelah berangkat dari tiga titik lokasi (Gerbang Utama Sadhar, Pertigaan Revolusi Universitas Islam Negeri Yogyakarta, dan Bundaran UGM) merupakan pertanda bahwa negara dalam situasi darurat setelah 21 tahun silam.

Iki serius. Gejayan ora gojek! Saya yakin sekali.

*******
Kupang, 24 September 2019

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun