Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Sementara Ini Mobil Esemka Cocok untuk Bisnis Keluarga Presiden

11 September 2019   17:14 Diperbarui: 12 September 2019   10:00 2703
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk apa petani sahang membeli mobil Timor? Salah satunya adalah untuk pergi ke kebun sahang, atau mengangkut tuaian.

Mobil Bisnis Keluarga Presiden
Mobil Esemka memang bukan mobil nasional. Pamornya sudah moncer sejak 2012. Keberadaannya dalam skala nasional tergenapi pada 2019 atau 7 tahun sejak dipakai Jokowi sebagai kendaraan dinas di Solo.

Pamor yang moncer karena "dipromosikan" secara langsung oleh orang nomor satu, baik ketika masih di daerah maupun kini negara, juga mengingatkan saya pada tulisan para pakar pemasaran di media-media Jogja. Dulu saya suka membaca ulasan mereka, walaupun saya bukan mahasasiswa Manajemen Ekonomi.

Kalau saya tidak keliru, ada artikel yang isinya mengembangkan teori Bauran Pemasaran (Marketing Mix) milik Philip Kotler dengan jurus mautnya "Empat P" (Product, Place, Promotion, and Price). Pengembangannya adalah dengan menambahkan satu "P", yaitu Power (kekuatan, kekuasaan, pengaruh, atau pamor). Posisi tawarnya pun sangat menyakinkan.

Yang mungkin cukup bisa menjadi contoh adalah mobil Proton Malaysia. Mobil nasional Malaysia yang didirikan pada masa pemerintahan Perdana Menteri Mahathir Mohamad pada 1983, mengalami puncak kejayaan pada 1993 dengan pangsa pasar domestik mencapai 74%.

Mereka nyaris bangkrut, tetapi diambil alih oleh raksasa otomotif China, Zhejiang Geely Holding Group. Mobil itu sudah dua kali "ditumpangi" Jokowi (9/8/2019, dan Feb' 2015) yang disopiri langsung oleh perdana menteri Malaysia.

Memang bukan gagasan segar apalagi cerdas kalau mobil Esemka menjadi mobil dinas kepresidenan. Beberapa waktu lalu hal ini sudah disinggung-singgung oleh banyak kalangan, misalnya Politikus Partai Gerindra Fadli Zon, Politikus PKS Nasir Djamil, dan lain-lain.

Entah singgungan itu sebagai usulan yang terbaik atau sebenarnya terbalik sebagai usilan alias nyinyiran.

Mobil Esemka yang banyak diproduksi itu baru dengan jenis pikap, seperti yang dikatakan oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (10/9). Masak, sih, mobil pikap untuk mobil kepresidenan?

Memang tidak aduhai kalau pikap untuk mobil kepresidenan. Kalaupun kelak muncul jenis SUV, tentu saja "wajib" berstandar internasional sebagaimana umumnya. PT Esemka bisa lebih giat lagi dalam berimprovisasi dan berinovasi, 'kan?

Akan tetapi, untuk semakin mendongkrak pamor mobil Esemka dengan "model" penggunanya adalah Jokowi sendiri, mungkin sebaiknya untuk keluarga besar presiden, khususnya saudara-saudari Jokowi yang memang memiliki bisnis kecil-kecilan. Atau, malah bisnisnya Gibran dan Kaesang tuh?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun