Kemunculan mobil Esemka itu langsung terkenal secara nasional. Betapa tidak. Dengan adanya mobil Esemka sebagai mobil dinasnya, Jokowi pun "mengandangkan" mobil dinas mewahnya, Toyota Camry.
Wuih, hebiat tenin, Esemka iki!
Saya terheran-heran sambil membayangkan, kok bisa sampai "mengandangkan" Toyota Camry. Dan, seandainya saja Toyota Camry tadi dihibahkan untuk saya, pasti saya terima dengan senang hati.
Di samping membayang-bayang tadi, saya juga teringat pada kota berslogan "Solo Berseri" itu. Bukan kota yang asing bagi saya.
Ketika masih tinggal di Jogja, saya sering mudik ke kampung halaman leluhur (dari Ibu) di "Karanganyar Tenteram" dan "Sragen Asri" dengan berhenti sejenak di Terminal Tirtonadi. Leluhur mbah saya di Madiun (dari Ayah) adalah salah satu laskar Mataram kuno.
Sebenarnya saya pun hampir menjadikan kota yang diplesetkan menjadi "Oslo" itu sebagai tempat saya melanjutkan SMA. Saudara-saudara Ibu tinggal di sana, dan Ibu sempat beberapa tahun berada di sana sebelum pindah ke Bangka. Hanya saja takdir berkata lain, dan saya tertambat di Kota Pelajar.
Meski sejak 2009 saya pindah ke Balikpapan, Kaltim, nama kota tepian Sungai Bengawan itu tiba-tiba menyita perhatian saya lagi. Pada 27 Juni 2011 muncul berita seputar "perseteruan" antara wali kotanya dan "atasan"-nya (gubernur Jawa Tengah), dan si wali kota Solo divonis "bodoh" oleh gubernur Jawa Tengah.
"Wali kota Solo itu bodoh, kebijakan Gubernur kok ditentang. Sekali lagi saya tanya, Solo itu masuk wilayah mana? Siapa yang mau membangun?" ujar orang nomor satu di Jawa Tengah.
Vonis "bodoh" itu karena wali kotanya menolak rencana pembangunan mal di atas lahan bangunan kuno bekas Pabrik Es Saripetojo yang berlokasi di Purwosari, Laweyan. Padahal, gubernur sudah menyetujui rencana tersebut.
Tak hanya itu, gubernur juga menganggap kawasan yang akan dibangun mal tersebut adalah aset milik Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sehingga Pemerintah Kota Solo, termasuk wali kota, tidak berhak melarangnya.
Si wali kota mempunyai alasan kuat sehingga berani "mbalelo" terhadap sang gubernur. Menurutnya, jika dibangun mal, rakyat kecil yang sudah puluhan tahun berdagang di kawasan itu akan tersingkir dan kehilangan penghasilan.