Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Sebuah Siasat pada Suatu Kesempatan Berdurasi Sembilan Jam

11 Mei 2019   11:30 Diperbarui: 11 Mei 2019   12:28 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Membersihkan Kebun, 7/5/2019 (Dok. Pribadi)

Sementara di Terminal 2, suasana berbeda. "Area Merokok" berada di teras bangunan dengan logo sebuah produsen rokok Indonesia. Tidak ada campuran dengan asap kendaraan seperti di Terminal 1. Di situ pun terdapat sebuah televisi berlayar flat.

Saya duduk di sekitar tempat itu dengan sebuah harapan yang berkaitan dengan kopi "kelas bawah" sambil menikmati suasana baru dalam kurun waktu sekian jam. Kalau sewaktu-waktu lapar mengetuk perut, saya bisa segera masuk ke ruang khusus itu untuk makan dari bekal saya. Toh, belumlah pkl. 11.00 WIB, apalagi urusan check in atau boarding time.

Menurut saya, tempat paling memungkinkan untuk makan pada masa awal bulan puasa ini, ya, di dalam ruang khusus itu. Meski berdinding kaca, penambahan semacam stiker sebagai penghalang pandangan bisa memberi keleluasaan tersendiri sehingga tidak perlu khawatir dituduh "makan secara demonstratif" -- pinjam cuplikan imbauan Wali Kota Malang, Sutiaji dalam Surat Pengumuman Nomor 4 Tahun 2019 tentang Menyambut dan Menghormati Bulan Suci Ramadhan 1440 H/2019 M (30 April 2019)

Berkomunikasi secara Langsung dengan Beberapa Orang
Gaes, kalau sudah berada di sebuah tempat umum dengan waktu tunggu yang memadai, naluri udik saya bisa mendadak muncul. Apa lagi kalau bukan berkomunikasi secara verbal alias ngobrol dengan orang di dekat saya?

Saya tidak pernah sungkan mengajak orang di dekat saya untuk ngobrol, Gaes. Prinsip saya, masih sesama orang Indonesia, dan doyan nasi, ya, tidaklah sulit untuk berkomunikasi. Selama tidak direcoki oleh gawai (gadget), komunikasi secara dua arah pasti lancar dan aduhai.

Lantas mulailah saya mengajak orang di dekat saya untuk ngobrol. Apakah dia sopir taksi yang sedang menunggu calon penumpang; apakah dia profesional muda yang sedang transit juga; apakah dia pengusaha yang baru pulang dari suatu kepentingan apa di luar negeri; apakah dia tentara dengan pangkat cukup bagus; apakah dia petugas kebersihan bandara; apakah dia... 

Saya hanya mengikuti naluri udik saya di "daerah baru" untuk bersosialisasi, Gaes. Tentu saja semua itu dilandasi oleh kesadaran sebagai manusia, dan kebersyukuran atas kesempatan berdekatan dengan sesama manusia. Sederhana, 'kan, Gaes? 

Dan, ketika satu-dua orang menanyakan perihal tujuan penerbangan saya, saya tidak malu mengatakan bahwa tiket saya dibayar oleh kawan saya di Kupang untuk membantunya dalam perbaikan sebuah bangunan rumah tinggal. Senyampang penampilan saya memang kampungan, Gaes!

Selain itu, saya sempat kaget ketika ditelepon oleh ibu saya dari Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka. Saya kira ada kabar yang bagaimana. Ternyata ibu hanya hendak membicarakan perihal rencana Presiden Jokowi yang akan memindahkan Ibu Kota ke luar Jawa.

"Mudah-mudahan Kalimantan Timur," ujar ibu. "Kalau Ibu Kota Indonesia di sana, enak bisa dekat, ya?"

"Mending Kalimantan Tengah, Bu," kata saya. "Soalnya, sudah sejak 1957 direncanakan Presiden Soekarno. Ada sejarahnya."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun