Di samping itu, bertaman mini di sudut rumah dengan menata tanaman paria/periak/pare, dan labu. Sebuah pohon pepaya terpaksa saya tebang karena terlalu besar (diameternya sampai 30 cm).
Selain itu, menyiapkan dan menerbitkan buku perdana karya Alfiansyah berupa novel. Mendampingi Alfiansyah dalam acara gelar wicara (talk show) tentang buku novelnya, yaitu Setiap Malam adalah Sepi, di sebuah stasiun televisi lokal.Â
Menyiapkan naskah calon buku-buku saya sendiri, termasuk dengan ilustrasinya. Mengunjungi Budayawan Zulhamdani yang sedang menderita sakit yang komplikatif. Membersihkan beberapa bagian kebun, khususnya sekitar rumah mungil keluarga kami.
Ya, rumah permanen berukuran 40 meter pesergi yang sudah berpintu teralis sejak awal Januari itu dikerumuni semak belukar karena jarang saya datangi. Sebagian kisah mengenai kegiatan membersihkan kebun memang pernah saya tuliskan dengan judul "Berkeringat" (1 Mei 2015).
Pada 28 April lalu saya pun berkeringat lagi secara beruntun di kebun seluas hampir 2.000 meter persegi itu. Pada saat bersamaan saya harus mengamati cuaca yang masih saja terjadi hujan sehingga tidaklah mudah dan cepat untuk memusnahkan (membakar) hasil tebasan saya.
Saya memang seorang diri saja dalam pembersihan sebagian lahan kebun. Setiap hari saya pergi ke sana. Dampaknya adalah badan selalu lelah, tidur sebelum tengah malam, dan bangun selalu pagi dengan pikiran segar.
Kondisi fisik itu saya maksudkan pula sebagai persiapan sebelum menunaikan pekerjaan yang "mangkrak" di Kupang. Pekerjaan di Kupang benar-benar bakal menguras tenaga karena saya harus berada di lokasi, baik sebagai arsitek, supervisor pembangunan, logistik, dan entah apa lagi. Di samping itu posisi lokasi yang tidak terlalu dekat dengan "penginapan" saya.