Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Menyelamatkan Ikan yang Tenggelam di TPA

4 Maret 2019   09:44 Diperbarui: 4 Maret 2019   16:08 308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Belum ada lagi ikan yang sudi kami selamatkan. Alfian mulai jenuh karena ikan yang ditunggunya, yaitu baronang, tidak juga berhasil "diselamatkan"-nya. Vrendy masih penasaran. Mungkin dalam benaknya tergambar seekor ikan kakap hitam (black bass; Lutjanus goldiei; Mangrove Jack; kanai/tembaring).

Saya tidak pernah mengetahui, ikan baronang ataupun black bass itu seperti apa. Ikan air tawar yang saya ketahui dari pengalaman kampungan saya ialah ikan tanah, kepras, kemuring, seruang (seluang/saluang), kelik (lele), gabus (haruan), baung, betok, tepuyuh, tepatung, tepalak (masih satu keluarga dengan ikan cupang), joko ninil, uceng, dan lain-lain.

Saya bersimpuh di lantai kayu anjungan dengan seutas pancing ambur. Saya ingin "menyelamatkan" ikan kerapu saja. Pasalnya, ikan kerapu yang berhasil "diselamatkan" Vrendy tadi berada di bawah anjungan. Saya mencoba bersabar untuk meraih peruntungan berikutnya.

Di akhir epidose "Misi Minggu" ini senar saya berdenyut sedikit. Ada ikan yang menarik kail untuk minta "diselamatkan" dari hanyutan air tidak jernih di Sungai Manggar. Strike segera saya lakukan demi "keselamatan"-nya.

Seekor ikan baronang (Siganus canaliculatus, rabbit fish, beronang, madar, masadar, limadar, ilayak, marang, cemadar, cabe-cabe, kea-kea, dan sebagainya) berhasil saya "selamatkan". Ukurannya tergolong dewasa, yaitu 20 cm. Wow, ikan yang aduhai, yang tadi dinanti-nantikan oleh Alfian, dan ukurannya paling besar di antara ikan-ikan yang telah kami "selamatkan"!

ikan kerapu dan ikan baronang (Foto Alfian & Vrendy)
ikan kerapu dan ikan baronang (Foto Alfian & Vrendy)
Ah, saya tersenyum dalam hati. Terbayang istilah "anak mudak menang dudi" (bahasa kampung halaman saya) atau "lakon menang keri" (bahasa kampung halaman leluhur saya). "Jagoan menang terakhir" seperti dalam film-film laga. Dasar udik sekali saya!

Hasil
Ikan baronang yang belum pernah saya lihat secara langsung, apalagi pancing itu memang menjadi penutup episode "menyelamatkan ikan yang tenggelam". Dan, dari pkl. 06.00 s.d. 15.00 WITA di anjungan mungil berbayar dengan sukarela kami telah "menyelamatkan" beberapa ikan. Ikan tanda-tanda, bungul-bungul, kerong-kerong, kapas-kapas, kerapu, dan baronang. Memang tidak terlalu banyak, sih, tetapi lumayanlah daripada nihil seperti mancing di dekat rumah Alfian.

Nama-nama ikan yang "unik" bagi saya, selain kerapu. Keunikan, pertama, bisa disebabkan oleh keberadaan saya sebagai pendatang di Balikpapan. Kedua, pengulangan kata. Tanda-tanda, bungul-bungul, kerong-kerong, dan kapas-kapas.

Saya hanya membawa ikan baronang ke rumah. Bukan sekadar untuk menjadi lauk jika dibakar dengan bumbu-bumbu aduhai, melainkan pula sebagai bukti bahwa saya cukup berhasil menunaikan misi "menyelamatkan ikan yang tenggelam".

*******
Balikpapan, 03-04/03/2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun