Barangkali terlalu gegabah jika segera "menuding" bahwa kemunculan Jan Ethes merupakan "Politik Balita" yang diciptakan oleh Jokowi begitu. Empat peristiwa kemunculan Jan Ethes berasal dari situasi alami (natural) antara cucu pertama dan kakeknya, yang kebetulan sedang menjadi presiden sekaligus petahana (incumbent) pada kontestasi Pilpres 2019.
Persoalannya, bisa saja, dikembalikan kepada Prabowo-Sandi, bagaimana seandainya kedua rival  Jokowi itu memiliki cucu pertama. Sayangnya, keduanya memang belum sampai pada tahap menjadi kakek. Yang termudah disampaikan oleh timsesnya adalah "sangat tidak elok" tadi.
Persoalan berikutnya, siapakah yang sebenarnya telah "menaikkan" posisi balita 3 tahun sebagai bagian penting dalam kampanye TKN? Apakah memang TKN-lah yang telah menggencarkan penayangan Jan Ethes sejak naik bom-bom car itu?
"Siapa" yang justru bisa "diluputkan" dari persoalan adalah media massa. Karena media massa tidak termasuk dalam tim resmi di TKN, lantas yang disasar bapak-bapak "kepanasan" sebagai tindakan eksploitasi anak adalah Jokowi.
Apakah tidak terlalu gegabah kalau begitu?
Jangan-jangan, nanti acara hiburan di media elektronik pada 28/1 tadi juga "dituding" sebagai upaya mengeksploitasi anak (balita). Jangan-jangan, acara itu merupakan kampanye... Ah, jangan-jangan, justru balita 3 tahun telah membuat panik diri mereka sendiri.
Ah, ada-ada saja, ah!
*******
Balikpapan, 29-1-2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H