Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Bertanggung Jawab Walaupun Liar

29 Desember 2018   17:17 Diperbarui: 29 Desember 2018   17:47 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

"Jam kerja"-nya  sesuka-suka saya. Pagi sampai sore, atau sore sampai malam. Sementara tarifnya memakai harga biasa-umumnya. Ada kalanya tidak dibayar karena si pemilik kendaraan mengeluarkan uang berlebihan, dan saya tidak memiliki uang kembalian.

Saya pernah bertemu dengan beberapa kawan. Respons paling biasa dari mereka adalah heran. Saya pun memberi tahu bahwasannya saya butuh uang untuk makan, dan saya harus bekerja begini.

Hanya untuk makan 1 hari di sebuah warung makan murahan terdekat. Memamng pendapatan dari parkir itu lebih dari cukup untuk makan saja, meski cukup sepi. Kelebihannya saya simpan untuk saya kembalikan ke tukang parkir "asli" setelah ia siap bertugas lagi.

Satu kali itu saja pengalaman saya menjadi tukang parkir liar. Itu pun karena kesalahan saya mengelola keuangan. Hari lainnya saya sudah bisa mengelola keuangan saya lagi, dan lebih disiplin.

Liar Tetapi Bertanggung Jawab
Memilih "profesi" sebagai tukang parkir liar bukan berarti liar pula dalam pertanggung jawaban. Seorang yang memilih "profesi" ini, paling tidak, mengenal lingkungan sekitarnya. Tidak cukup sekadar rompi dan peluit (sempritan).

"Mengenal" itu berarti secara fisik dan sosial. Secara fisik berupa area, dan situasi kendaraan di sekitarnya. Masuk-keluar kendaraan, kondisi tempat parkir, penataan kendaraan, dan situasi lalu-lintas di sekitarnya merupakan hal yang wajib dikenali.

Secara sosial berupa hubungan dengan kalangan terdekat, termasuk ketua RT dan pemilik toko. Pergaulan sosial antartukang parkir di sekitar sangatlah penting. Ketua RT setempat, tentunya, bisa senang apabila situasi di wilayahnya tetap teratur, 'kan?

Dengan mengenal situasi fisik dan sosial, melakukan "tugas" bisa lebih leluasa melakukan fungsinya. Kalangan terdekat dan para pengguna jalan bisa memahami dan lebih "terbantukan" dalam hal keteraturan pemarkiran dan situasi di area sekitarnya.

Kemudian, kalangan calon konsumen di area itu pun harus sudah bisa melihat "siapa" juru parkirnya. Hilang atau rusaknya bagian kendaraan milik orang lain merupakan tanggung jawab si tukang parkir, meskipun liar.

Karena statusnya "liar", sebenarnya, tarifnya juga "liar" alias boleh saja tidak dibayar. Toh, tidak ada karcis atau tanda bukti parkir, 'kan? Toh, tidak ada surat keterangan atau bukti kontrak (SK) sebagai tukang parkir dari pejabat berwenang, minimal ketua RT setempat, 'kan?

Persoalannya, tidak jarang tukang parkir liar tidak melakukan tugasnya dengan baik. Muncul secara tiba-tiba, tidak sudi bertanggung jawab ketika terjadi kehilangan di kendaraan yang diparkirkannya, pelit senyuman, terima uang langsung entah ke mana, dan seterusnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun