Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Makam Keluarga, Antara Ziarah dan Wisata Sejarah

26 Desember 2018   18:57 Diperbarui: 27 Desember 2018   00:04 300
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sebagian pemandangan di pemakaman Kilo 2 (dokpri)

Kata "ziarah" yang bermakna kontempelatif-reflektif, tentu saja, agak "berat" dilakoni, khususnya oleh anak-anak. Padahal, dengan berziarah ke makam kakek-nenek atau leluhur justru merupakan upaya mengingatkan anak-anak pada sejarah keluarganya sendiri.

Lantas, bagaimana "ziarah" bisa menjadi kesenangan seluruh anggota keluarga?

Mau-tidak mau, konsep biro perjalanan wisata bisa digunakan juga. Berziarah ke makam menjadi kesukaan. Berziarah menjadi pengingat sejarah keluarga sehingga dari generasi ke generasi "tidak lupa pada akarnya". Berziarah sebagai upaya melawan lupa dan penyadaran pada hakikat hidup. Berziarah ke makam keluarga tidaklah perlu dianggap sebagai beban, melainkan bagian dari kesenangan bersama. Dan seterusnya.

Di luar konsep itu, saya bisa belajar lagi mengenai perbedaan dalam penataan makam dari sekian tahun usang ke tahun-tahun sekarang. Penataan tahun usang itu begitu, dan tahun sekarang ini begini. Bentuknya dulu begitu dan berbeda dengan kini. Lalu sebaiknya bagaimana agar ziarah dan wisata bisa semakin aduhai, ya, memang perlu direncanakan lebih apa lagi. Kesemuanya mengerucut kepada kepentingan bersama bagi orang-orang yang hidup.

Maka begitulah pemikiran saya mengenai perpaduan ziarah-wisata sejarah melalui kunjungan ke makam keluarga. Barangkali pemikiran saya ini terlalu sederhana. Ah, barangkali lagi.

*******
Balikpapan, 26 Desember 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun