Yang penting, bagi saya, apakah seseorang siap sampai pada takdirnya (meninggal dunia), dan apakah orang-orang di sekitarnya siap menerima kenyataan itu. Meninggalnya bapak saya benar-benar membuat saya kehilangan tetapi akan sampai kapan saya larut dalam kedukaan?
Anehnya, sebagai orang bandel-berengsek saya bisa menerima "takdir" (hidup-mati) dalam suatu penerbangan, entah mengapa sebagian orang baik-suci malah mengalami trauma seakan takut mati. Bukankah orang baik-suci akan masuk surga jika meninggal dunia?
Begitu saja yang bisa saya sampaikan setelah tiba di Kupang, pkl. 22.00 WITA. Penerbangan sejak dari Bandara Depati Amir dengan nomor penerbangan JT 617 hingga El Tari dengan nomor penerbangan JT 696 tadi malam itu tetap penuh penumpang, dan sama sekali tanpa kendala teknis ataupun "gangguan" semisal getaran aneh.
*******
Kupang, 9 Desember 2018