Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Salah Satu Alternatif Solusi untuk Sebuah Rumah Baru

30 November 2018   20:51 Diperbarui: 1 Desember 2018   03:30 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Artikel ini merupakan kelanjutan sekaligus sedikit upaya menyelesaikan persoalan-persoalan yang terdapat dalam artikel sebelumnya, "Hati-hati Membeli Rumah Bersubsidi" (14/11/2018). Ternyata Lia bersikukuh (keukeuh) untuk tetap memiliki rumah baru yang dibelinya secara tunai, meski mustahil akan ditempatinya.

Artinya, kembali ke pembicaraan awal, yaitu permintaan Lia. Merancang ruang tambahan, dan apa saja yang terkait dengan pengolahan-pengelolaan ruang. Ruang luar (eksterior), ruang dalam (interior), dan semua yang menjadi satu-kesatuannya.

Ruang tambahan berupa dapur. Yang terkait langsung dengan dapur adalah posisi, baik dalam hubungan tata ruang dalam maupun tata ruang luar.

Lia juga meminta adanya penimbunan (pengurukan) di sisa lahan belakang yang direncanakan sebagai dapur. Di samping itu penimbunan untuk memudahkan aksesbilitas ruang luar-dalam melalui pintu belakang yang ada tetapi berjarak sangat tinggi dengan permukaan tanah. Kemudian penimbunan pada sisa lahan samping kiri.

Berikutnya ialah tempat parkir mobil berukuran mungil, dan penanda batas berupa pagar di depan dan samping. Apabila ada hal-hal yang perlu dibenahi atau ditambahkan, bisa dibicarakan lebih lanjut. Lia pun akan menunggu upaya penyelesaian persoalan sekaligus rencana penambahan dapur dan penimbunan yang tepat posisinya. 

Untuk memulai perancangan yang terkait dengan realitas, yaitu obyek dan sekitarnya, tentu saja, wajib melihat (investigasi) dan merekam langsung (dokumentasi). Dikategorikan "wajib" karena data-data realitas sangat penting dalam perancangan, baik bangunan belum ataupun sudah terwujud.

Alat kerja wajib dibawa ialah meteran (untuk mengukur ulang), alat-media tulis (untuk mensketsa dan mencatat ukuran), dan kamera (untuk merekam realitas). Tidak lupa rekan kerja untuk membantu prosesnya, meski bukan seorang profesional.

Rumah, Lahan, dan Situasi Sekitarnya

Dari informasi Lia. Pertama, jarak antara tembok kamar dan batas lahan depan adalah 3,5 meter. Kedua, jarak antara tembok samping dan batas lahan adalah 1 meter, yang langsung berhubungan dengan jalan. Ketiga, jarak antara tembok belakang dan batas lahan adalah 2,5 meter. Sementara rumah Lia dan tetangga sebelahnya dibatasi oleh tembok alias kopel. 

Informasi awal wajib ditindaklanjuti dengan realitas. Peninjauan langsung atau investigasi, begitulah. Maka, hasil antara informasi dan kenyataan ialah sebagai berikut.

Pertama, situasi lokasi.  Aksesbilitas (jalan), jaringan air hujan (drainase), jaringan sumber energi (listrik), jaringan air bersih, dan tata ruang dengan massa bangunan.

Jalan masih berupa tanah dan berbatu dengan lebar kira-kira 3,5-4 m. Tidak ada jaringan air hujan, semisal selokan. Ada jaringan listrik berupa tiang beton dan kabel. Ada jaringan pipa air bersih. Tata bangunan linier atau memanjang, dan bertipe kopel. 

Kedua, sekitar rumah. Ada jalan di depan dan di samping rumah. Rumah kopel atau berbatas tembok dengan rumah sebelah kanannya. Namun ti dak ada penanda batas (patok) lahan di depan, samping, dan belakang.

Ketiga, topografi atau kondisi permukaan tanah (kontur). Halaman depan berkontur menurun (miring) ke samping kiri. Halaman samping (lebar 1 meter) berkontur menurun ke halaman belakang. Halaman belakang berkontur menurun dari batas tembok ke ujung belakang bagian kiri.

Keempat, posisi obyek dalam mata angin (utara-selatan). Posisi rumah menghadap ke selatan. Bayangan sinar matahari pagi cukup membantu dalam pemberian arahnya.

Kelima, jaringan sumber energi (listrik), air bersih, sanitasi, dan air hujan.

Meteran listrik (token) terpasang pada dinding samping pintu depan. Meteran air dan sebuah keran beserta pipa galvanis berada di samping kiri bangunan.

Tangki septik berukuran penampang 110 cm X 110 cm, dan berada di depan pintu belakang. Tidak ada lubang kontrol. Pipa air kotor berdampingan dengan pipa limbah kakus (water closet/WC). Tidak ada bak kontrol dan jaringan air hujan.

Keenam, bentuk rumah dari luar (tampilan). Rumah permanen berbentuk kopel dengan atap pelana bertingkat dengan rangka baja ringan. Tidak ada kuda-kuda karena gording ditopang langsung oleh sofi-sofi sebagaimana khas rumah sederhana. Ketinggian plafon luar dari lantai 320 cm.

Keenam hal di atas merupakan kondisi/situasi eksterior rumah. Berikutnya, kondisi interior (dalam rumah).

Pertama, tata-kelola ruang. Teras, ruang tamu, keluarga, kamar 1, kamar 2, toilet. Tidak ada penanda khusus untuk dapur sebagaimana sebuah rumah tinggal.

Kedua, tata kelola bidang. Lantai teras lebih rendah 10 cm dibandingkan dengan lantai dalam yang berketinggian (level) merata, kecuali toilet yang lebih rendah sekitar 5 cm. Keseluruhan lantai diselesaikan dengan keramik putih berukuran 30 cm X 30 cm.

Berikutnya, dinding bata diplester, diaci, dan dicat. Langit-langit (plafon)bercat putih, dan berjarak sekitar 340 cm dari permukaan keramik lantai.

Sementara bidang bukaan, yaitu pintu, jendela, dan ventilasi (roster) terdapat di beberapa ruang.

Pintu kamar berbahan kayu dan berukuran 70 cm X 200 cm. Pintu toilet berbahan aluminium, dan berukuran 55 cm x 174,5 cm. Pintu keluar di bagian belakang dari bahan kayu, dan berukuran 70 cm X 200 cm.

Jendela berukuran sama dari ruang depan, samping, dan belakang, yaitu 50 cm X 155 cm. Sementara lubang ventilasi berukuran 5 cm X 20 cm berada di atas jendela dan pintu luar.

Ketiga, sarana dan prasarana ruang. Tidak ada jaringan air bersih dan penampung air dalam toilet. Tidak ada dapur, apalagi jaringan air bersih dan sanitasi. Toilet kurang cahaya alami, meski posisinya bersebelahan langsung dengan ruang luar (bebas cahaya). Dan lain-lain.

Diagnosis dan Analisis

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Persoalan yang ada ialah topografi, tangki septik, pipa sanitasi, dan kekurangan sarana-prasarana di toilet. Persoalan yang paling darurat berada di toilet.

Dengan permintaan Lia berupa penimbunan di bagian belakang dan samping (bersebelahan langsung dengan jalan), dan penambahan dapur, tentu saja, berkaitan langsung dengan persoalan yang ada, khususnya tangki septik.

Sementara mengenai penanganan bidang bukaan pada bangunan eksisting, khususnya toilet, belum sedarurat persoalan yang ada.

Penyelesaian Awal dan Permintaan (Penambahan)

Perencanaan paling awal awal dengan melakukan gambar ulang (redesign), khususnya denah dan luasan lahan. Penggambaran ulang dari pengukuran di lokasi dan rekaman kondisi nyata (foto).

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dengan penggambaran ulang perencanaan bisa lebih mudah dilakukan untuk mengatasi persoalan yang ada sekaligus bersinggunggan (berkaitan) langsung dengan permintaan Lia. Permintaan itu berupa penimbunan dan penambahan ruang untuk dapur.

Selanjutnya masuk dalam tahap perancangan awal untuk memberi gambaran sementara kepada Lia. Hal-hal yang paling terutama berupa jaringan sanitasi, air bersih, aksesbilitas (masuk-keluar ruang tambahan), pencahayaan dan pengudaraan alami, dan seterusnya.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Setelah perancangan (gambaran sementara) jadi, segera disampaikan kepada Lia. Tahap ini wajib dilakukan untuk mengetahui tanggapan (respons) Lia (klien/user/owner). Tentu saja, yang akan menggunakan atau, anggap saja, tinggal di sana adalah Lia atau keluarganya.

Dari tahap perancangan awal itu akan mudah ditanggapi oleh Lia berdasarkan kesesuaian dengan kemauan/permintaannya. Apabila ada kekurangan, perbaikan, ataupun perubahan, penyelesaian masih sangat mudah karena baru sebatas perencanaan-perancangan awal, belum perlu detail ukuran, bahan, dll., apalagi masuk ke tahap pekerjaan fisik (pembangunan).

Satu hal lagi yang tidak kalah penting untuk dipertimbangkan, yaitu realisasinya. Realisasinya bukanlah melulu pada penampilan fisik, melainkan justru berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaannya, terkhusus kemudahan dalam melakukan pekerjaan (pembangunan).

Nah, bagaimana tanggapan Lia mengenai rancangan sementara/awal ini?

Cukup sampai di sini saja sebab artikel ini hanyalah salah satu alternatif solusinya, dan sepele sekali bagi sebagian orang. Intinya, setiap persoalan selalu ada solusi (penyelesaiannya), dan kepentingan pengguna jasa (klien/user/owner) harus selalu menjadi prioritas. Ingat slogan para pebisnis warung padang yang sukses, "Anda puas, beri tahu teman Anda. Anda tidak puas, beri tahu kami."

*******

 Kupang, 30 November 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun