Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Berkolaborasi dengan Kompasiana

3 November 2018   19:34 Diperbarui: 4 November 2018   03:58 335
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk 2019 saya sudah menyiapkan bilik data berisi tulisan-tulisan berstempel "Artikel Utama" dan "Pilihan". Setiap bilik memiliki spesifikasi. Sementara artikel berstempel "Artikel Utama" terbaru, saya siapkan juga, meski belum bisa saya pastikan waktunya untuk menjadi sebuah buku seperti buku pertama (2018).

4 judul buku saya siapkan naskahnya agar bisa terbit pada 2019. Arsitek yang Menulis, Korupsi Masuk Surga, Kampanye yang Menyengsarakan, dan Tokoh Hoaks.

Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Dok. Pribadi
Setiap judul buku saya terbitkan dalam jumlah 30 eksemplar saja. Edisi terbatas karena dananya terbatas. Semuanya saya olah-kelola sendiri, dan benar-benar seorang diri. Sungguh aduhai sekali!

Dan, untuk 2019, masih ada calon buku lainnya, yang tidak berhubungan intim dengan Kompasiana. 1 calon buku kumpulan cerpen, "Sambal Belacan Menunggu di Rumah". Sementara proyek penulisan novel "Ombak Asmara Pantai Rambak" dan "Kamus Bahasa Budak Sekaban" sedang mangkrak karena saya harus pulang (mudik) ke kampung halaman untuk "mematangkan" isinya.

Terutama untuk "Kamus Bahasa Budak Sekaban", saya harus berada di kampung halaman selama 3 minggu agar semua kosakata kampung kelahiran bisa saya rekam, dan tuliskan. Proyek satu ini, tentunya, sangat penting bagi saya dalam upaya pelestarian bahasa kampung halaman secara tertulis dan terabadikan.

Tetapi manusia bebas berencana, dan Tuhan saja-lah yang menentukan realisasinya. Saya sepakati dan amini. Yang terpenting, saya tetap berusaha dengan segenap kemampuan diri saya. Saya tidak bisa berharap atau mengandalkan siapa-siapa untuk upaya mewujudkan rencana saya sendiri.

Saya rasa itu saja yang bisa saya tuliskan dalam rangka 10 tahun Kompasiana yang terlambat saya peringati ini. Melalui tulisan sederhana banget inilah, sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih.

*******

Kupang, 3 November 2018  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun