Untuk 2019 saya sudah menyiapkan bilik data berisi tulisan-tulisan berstempel "Artikel Utama" dan "Pilihan". Setiap bilik memiliki spesifikasi. Sementara artikel berstempel "Artikel Utama" terbaru, saya siapkan juga, meski belum bisa saya pastikan waktunya untuk menjadi sebuah buku seperti buku pertama (2018).
4 judul buku saya siapkan naskahnya agar bisa terbit pada 2019. Arsitek yang Menulis, Korupsi Masuk Surga, Kampanye yang Menyengsarakan, dan Tokoh Hoaks.
Dan, untuk 2019, masih ada calon buku lainnya, yang tidak berhubungan intim dengan Kompasiana. 1 calon buku kumpulan cerpen, "Sambal Belacan Menunggu di Rumah". Sementara proyek penulisan novel "Ombak Asmara Pantai Rambak" dan "Kamus Bahasa Budak Sekaban" sedang mangkrak karena saya harus pulang (mudik) ke kampung halaman untuk "mematangkan" isinya.
Terutama untuk "Kamus Bahasa Budak Sekaban", saya harus berada di kampung halaman selama 3 minggu agar semua kosakata kampung kelahiran bisa saya rekam, dan tuliskan. Proyek satu ini, tentunya, sangat penting bagi saya dalam upaya pelestarian bahasa kampung halaman secara tertulis dan terabadikan.
Tetapi manusia bebas berencana, dan Tuhan saja-lah yang menentukan realisasinya. Saya sepakati dan amini. Yang terpenting, saya tetap berusaha dengan segenap kemampuan diri saya. Saya tidak bisa berharap atau mengandalkan siapa-siapa untuk upaya mewujudkan rencana saya sendiri.
Saya rasa itu saja yang bisa saya tuliskan dalam rangka 10 tahun Kompasiana yang terlambat saya peringati ini. Melalui tulisan sederhana banget inilah, sekali lagi, saya mengucapkan terima kasih.
*******
Kupang, 3 November 2018 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H