Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Siapa Mengusung Siapa untuk Menang Pileg 2019

2 November 2018   01:40 Diperbarui: 2 November 2018   06:37 515
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Partai Pak ... " Sarwan menyebut nama tokohnya.

Bukan bapak itu tetapi bapak satunya. Ternyata Sarwan keliru. Saya malah heran, bagaimana bisa Sarwan tidak mengetahui siapa pentolan partai barunya itu.

Pada pertemuan ini pun saya ditawari stiker dan kartu pencalegannya sekaligus fotonya. Lagi-lagi saya melihat sosok di belakang Sarwan. Ya, sama seperti Demun; menggunakan sosok tersohor.

Berkampanye Untuk Diri Sendiri

Saya tidak heran pada Demun dan Sarwan yang memasang foto tokoh tertentu di stiker kampanye mereka. Hal ini tidak berbeda dengan apa yang terjadi dan diberitakan oleh media massa.

Sebuah berita edisi 18/10 mengabarkan bahwa beberapa calon legislatif (caleg) dari partai perdukung Prabowo Subianto -- Sandiaga Uno di wilayah berbasis massa Jokowi -- Ma'ruf Amin mengalami kesulitan bergerak. Mereka memilih berkampanye untuk diri sendiri tanpa peduli arahan partai pengusungnya.

"Di antara caleg kita yang berjuang di daerah, 'mohon maaf ketum, mohon maaf sekjen. Tetapi di bawah, saya mungkin tidak bisa terang-terangan untuk berpartisipasi dalam pemenangan Pak Prabowo. Karena konstituen saya tidak sejalan dengan itu. Jadi mohon maaf'," kata Sekjen PAN Eddy Soeparno menirukan pernyataan caleg yang dimaksud.

Pengakuan tadi disampaikannya ketika menjadi narasumber dalam rilis survei PolMark Indonesia, di Jakarta, Kamis (18/10/2018) silam. Dan, tidak hanya caleg dari PAN yang melakukan kampanye "untuk diri sendiri". Ada juga dari partai lainnya. Intinya, ya, berkampanye "untuk diri sendiri" di daerah yang bukan basis koalisi pada sosok tertentu.

Sosok dan Strategi Pemasaran Diri

Hajatan Pemilu 2019 nanti terjadi secara bersamaan antara Pileg dan Pilpres. Ketika sebagian parpol mengalami penurunan elektabilitas, bahkan, sangat signifikan, mau-tidak mau para caleg terkait menggunakan strategi tersendiri.

Strategi yang dipergunakan caleg tidak saja karena performa partai pengusungnya dan daerah pemilihan (dapil), melainkan juga sosok kontestan pada kontestasi Pilpres 2019. Teori Bauran Pemasaran (Marketing Mix) Phillip Kotler pun bisa dipakai dengan 4P (Product, Place, Price, and Promotion).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun