Baiklah. Berikutnya saya tinggal menunggu pengumuman hasilnya. Saya tetap tinggal di rumah kakak angkat saya sambil menikmati suasana kekeluargaan dengan kakak angkat saya yang lama sekali tidak saya alami sejak saya pergi ke Jawa selama sekian tahun.
Hari yang ditunggu pun tiba. Saya berangkat ke tempat pengumuman. Ternyata saya tidak lolos, bahkan semua pesaing (15 orang) tidak lolos.
Kabar mengenai ketidaklolosan saya segera saya sampaikan kepada orang tua saya, baik orang tua kandung maupun orang tua angkat. "Mungkin bukan nasib saya", begitu sambil saya berharap keluarga besar saya menerima kenyataan itu.
Tetapi, ketika saya sedang berkunjung ke rumah tetangga kakak angkat saya yang juga anak sulung kawan ibu saya, saya mendapat kabar bahwa sebenarnya saya lolos dalam ujian. "Ada faktor X sampai kamu gagal," kata adik bungsunya.
Lho, kok tahu, ada faktor X? "Aku dapat bocoran dari seseorang," katanya.
Baiklah. Apa pun itu, terserahlah. Saya biarkan saja "takdir" saya "mengalir" ke mana.
Lalu saya pun pulang ke kampung halaman saya. Dan beberapa hari kemudian seorang kawan lama saya, tepatnya kakak kelas saya, berkunjung ke rumah orang tua saya. Dia bercerita tentang hal-hal terkait masuk CPNS, pengangkatan adik sepupu saya sebagai PNS dari honorer, dan sekitarnya.
Pada tahun-tahun berikutnya, di sebuah tempat, saya bertemu dengan beberapa PNS yang sedang santai pada hari libur. Kebetulan saya baru mudik, juga untuk berlibur selama sekian minggu.
Dari obrolan sana-sini, sampailah pada suatu tawaran untuk saya.
"Masih berminat menjadi PNS, nggak," tanya seorang di antaranya.
"Umur saya sudah..."