Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Membaca Babi Kecil dalam Lukisan

6 Mei 2018   18:19 Diperbarui: 6 Mei 2018   19:30 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam buku kumpulan sajak dan cerita rubrik Sastra Biem.Co "Wrangka" (Banten Muda Kreasindo, 2018), saya tertarik untuk membaca cerpen karya Guntur Alam (GA) pada halaman 187-192. Judulnya Babi Kecil yang Menangis dalam Lukisan (BKyMdL).

Dari judulnya saja sudah 'terbaca' bahwa cerpen BKyMdL beraliran surealis. Menurut Korrie Layun Rampan dalam buku Aliran-Jenis Cerita Pendek (Balai Pustaka, 1999), surealisme ini mengambil bahannya dari apa yang disebut bawah sadar, yaitu bagian bawah sadar jiwa manusia. Dengan menimbulkan apa yang yang hidup di bawah sadar ini, pengarang surealis ingin mengemukakan suatu kenyataan yang lebih luas, yang meliputi segala kesadaran dan ketaksadaran.   

***

Dalam BKyMdL GA menggunakan sudut pandang orang pertama ("aku") dan menghidupkan alam bawah sadar tokohnya itu melalui sebuah lukisan berupa seekor babi kecil-gemuk yang tergantung di ruang tamu.

Tokoh pertama ("aku") adalah seorang suami sekaligus ayah seorang anak yang kemudian hilang. Tokoh kedua adalah "babi kecil-gemuk berpipi tembem kemerah-merahan berlatar kegelapan seperti jubah hitam tebal yang siap menelannya bulat-bulat dalam lukisan. Dan tokoh ketiga adalah istrinya.

Konflik tunggalnya situasi alam bawah sadar yang dialami oleh si "aku" yang melihat "lukisan babi kecil" tiba-tiba "hidup". Meski konflik berkembang, dimana babi kecil mengalami ketakutan (terancam) dalam lukisan itu, keseluruhannya merupakan satu-kesatuan dengan kehidupan si "aku".

Dalam BKyMdL cerita secara keseluruhan menggunakan alur (plot) maju ini berlatar lokasi (setting tempat) di rumah si "aku". Sementara penyelesaiannya menggunakan jenis alur terbuka dengan sebuah kejutan (surprise).

***

Pada alinea pertama GA menulis, "Aku melihatnya sendiri. Babi kecil gemuk dalam lukisan di ruang tamu kami itu menangis. Benar-benar menangis. Sepasang sungai kembar mengalir di sudut matanya. Kemudian meluncur deras ke landai pipinya yang tembem kemerah-merahan. Dari retina matanya yang basah, aku menangkap ketakutan yang tak bisa kuraba. Kilat cemas begitu kentara. Entah apa yang babi kecil itu takutkan dari dalam lukisannya. Aku tak paham."

Pada alinea kedua GA membuat kilas balik (flashback) dengan menceritakan bahwa lukisan itu dipajang oleh istri si "aku" sepekan setelah hilangnya anak semata wayang mereka. "Kehilangan tragis yang menyisakan luka demikian perih bagiku," ungkap si "aku". Sejak itu istri si "aku" tenggelam dalam hobi mengumpulkan lukisan, meski si "aku" (pada alinea ketiga) bukanlah seseorang yang menyukai lukisan.

Pada alinea ketiga cerita kembali ke alur semula. Lalu kesempatan-kesempatan berikutnya si "aku" pun berkomunikasi dengan babi kecil itu sampai suatu saat babi kecil itu mengucap, "Tolong aku." Ketika si "aku" menyampaikan kejadian yang dialaminya pada istrinya di kamar, istrinya berkata, "Kamu mulai berhalusinasi lagi."  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun