*Â
Imlek, yang kata orang, berhubungan intim dengan hujan, tidaklah demikian pada Imlek 2016. Satu hari menjelang Imlek, cuaca tampak galau. Mendung sebatas iklan. Demikian pula ketika bertepatan dengan Imlek 2016. Hubungan intim tersebut tidak perlu saya percaya. Mending percaya bahwa kunjungan Imlek akan lebih bermanfaat dalam kesehatan pikiran.
Ini Balikpapan. Imlek-nya tanpa hujan pada 2016. Di Bangka, menurut berita, malah terjadi banjir di beberapa tempat. Sepertinya cuaca sedang mendukung saya untuk keluar rumah; bukannya berkhayal melulu.
Â
Maka, dalam suhu udara yang cukup gerah (Monyet Api sedang memanggang Balikpapan) pada pkl. 13.00 WITA saya dan kawan saya berangkat ke rumah Amuk. Hanya sekitar 15 menit perjalanan, kami pun sampai.
Â
Di sanalah saya benar-benar bertemu dan ngobrol langsung dengan Amuk. Dia berasal dari daerah Pantai Rebo, yang berkecamatan Kenanga. Daerahnya, tentu saja, bukan daerah baru bagi saya. Kemudikan saya sampai berkunjung dan terabadikan dalam foto berupa Puri Tri Agung memang daerahnya.
Â
Amuk berada dan bekerja di Balikpapan sejak 2012. Di rumah bertipe 45 dengan gaya masa kini (minimalis amburadul) sebagiann halamannya ditanami bayam itu dia tempati baru satu tahun. Sebelumnya masih mengontrak rumah di sana-sini. Â
Pada kesempatan Imlek ini saya pun bisa berkenalan dengan istrinya (saya lupa namanya!). Ternyata istrinya sealumni dengan saya di SD dan SMP Maria Goretti, Sungailiat! Istrinya adik kelas saya tetapi jauh tahun perbedaannya. Istrinya masih tergolong keponakan Pak Min Ho–guru bidang pelajaran Matematika dan Olah Raga di SD Maria Goretti. Wadaw!
Wadaw lagi, sajian Imlek mereka adalah tekwan. Cocok! Imlek kali ini sangat terasa Bangka-nya bagi saya. Memang tidak perlu repot berkhayal, jika Imlek di Balikpapan adalah kenyataan, meski saya harus beralih ke rumah Pak Kiman tanpa disertai kawan saya karena dia akan ke rumah kawannya.