Mohon tunggu...
Agustinus Wahyono
Agustinus Wahyono Mohon Tunggu... Arsitek - Penganggur

Warga Balikpapan, Kaltim sejak 2009; asalnya Kampung Sri Pemandang Atas, Sungailiat, Bangka, Babel, dan pernah belasan tahun tinggal di Yogyakarta (Pengok/Langensari, dan Babarsari). Buku tunggalnya, salah satunya adalah "Belum Banyak Berbuat Apa untuk Indonesia" (2018) yang berisi artikel non-fiksi dan berstempel "Artikel Utama" di Kompasiana. Posel : agustinuswahyono@yahoo.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sebuah Tatto Bergambar Mahkota di antara Tengkuk dan Punggung yang Mulus

30 Januari 2016   01:14 Diperbarui: 30 Januari 2016   02:02 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan, jangan-jangan, kepergian dengan mobilmu nanti hanya ada kita berdua di dalamnya. Yang lainnya naik bus jumbo, seperti katamu. Duh, terbayang, dua manusia berbeda jenis sedang berada dalam satu mobil, duduk bersebelahan, AC yang sejuk-lancar, musik yang romantis, dan…

“Ayo! Bengong melulu!” Kamu menggamit tanganku

Deg! Kini aku kaget lagi. Kamu berani sekali menggamit tanganku, padahal kita belum lama berkenalan. Dan telapak tanganmu begitu lembut, melebihi selimut hangat yang ditinggalkan mantan kekasih terakhirku. Ada getar istimewa, seolah baru sekarang bisa kurasa itu ada dan nyata. Semoga kamu tidak menangkap getar lain, yaitu kegugupan.

“Sebentar. Aku harus mengunci pintu. Rumah ini sudah sering disantroni maling. Tabung gas 3 kg, kompor gas, kulkas satu pintu, televisi, seperangkat alat audiovisual, komputer, dan lain-lain, amblas dalam beberapa hari saja. Seandainya kamu istriku, barangkali juga diangkut si maling.”  

Kamu melepaskan tanganku, dan bergegas mendului aku. Sekilas aku melirik ke arah belakang tubuhmu. Aku kembali melihat tengkuk dan bagian atas punggungmu yang kuning langsat nan mulus. Sebuah tatto berupa mahkota. Dua kali ini aku melihatnya. Duhai!

Spontan khayalanku melambung. Rasanya aku  ingin mengecupnya. Ah,s eandainya aku mendapat kesempatan itu. Semoga sebentar lagi, di mobilmu seperti pasangan yang tengah dibakar asmara yang sering kutonton di internet.

Duh, kamu sangat menggoda! Atau, justru aku yang tidak mampu mengendalikan kebuayaanku, ya? Salahmu, kenapa seksi. Apakah salahku menjadi buaya? Salahmu-lah. Pasalnya, karakter laki-laki itu cuma ada dua kemungkinan; kalau tidak bajingan, ya, banci kaleng.

“Cepat lho, selagi matahari belum gila-gilaan menaburkan jarum ke bum!”

“Oh, ya, ya!”

Sialan, sepertinya kamu tahu apa yang mendadak singgah dalam pikiran liarku. Tapi aku harus segera mengunci pintu, memastikan benar-benar terkunci, dan segera menyusulmu dari belakang sambil menikmati tatto yang menghiasi kulit aduhaimu.

Dengan langkah cepat, tidak sampai satu menit kita sudah berada di dekat mobilmu yang berkaca gelap. Perlahan-lahan kaca jendela pun terbuka. Tampak seorang laki-laki berkaca mata hitam, berambut cepak, bermuka yang menampilkan rahang yang menonjol, dan hanya mengenakan singlet dengan memamerkan otot-otot pundak yang kekar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun