Perjamuan apel mengibarkan putih biru basi
Seloki musim anggur asam dalam bunga karang
Â
Anggap saja altar kuning meruntuh bulu merpati
Cicak tidak sudi ketinggalan pantulan sinar apel
Sedang malam mengarak karnaval kapas-kapas
Berpulang dari pawai tanpa bintang
Â
Tungku telah lama padam
Tubuh masih didekam hangat
Â
Perjamuan apel tidak membuahkan tragedi seperti
Malam menjamu kemerdekaan dalam dentuman
Lagak menyaru si Pitung dari Cinere ke Kalimalang
Hanyut ke sungai minyak menantang remang dengan
Sepucuk korek api menyala
Â
Yang akan hangus di bawah telapak kelapa gading
Biarlah menjadi abu menabur genangan anggur basi
Â
Anggap saja perjamuan apel hanya perkenalan
Antara waktu dan ruang
Antara seragam dan cawan
Â
Perjamuan apel akan segera kehabisan air
Gentong-gentong berisi angin semilir
Kenduri pernikahan di Kana telah lama sunyi kecuali
Sorakan jangkrik mendepak deru mesin Gunung Malang
Menyebarkan fatamorgana; taman surga gadungan
Â
Carilah nanas di sekitar pemukiman beruang madu
-- Apel-apel terhalang Laut Jawa dan Selat Makassar -- Â
Cawan dingin altar beku ilalang gigil perlu dihangatkan
Lagu mesin Gunung Malang perlu digubah ulang karena
Sering bungkam dalam gerak putar arah jarum jam
Menipu matahari
Â
Anggap saja perjamuan demi perjamuan demi
Mengingatkan kecupan Yudas Iskariot
berkokok ayam jantan tiga kali
Menandai purna anggur asam mengitari altar samar
Â
*******
Panggung Renung, 23 Agustus 2015