Hujan tak lagi menunggu
Di bawah lekuk bibir langit ia menjatuhkan diri bagai rintik-rintik air tak bersalah
mengecup tanah penuh ketulusan.
Jika kau menginginkannya, tampunglah ia dalam mangkukmu
Biar ia menceritakan langit yang dengan ceria mengumpulkan awan untuknya.
"Aku suka hujan. Ia seperti ibu yang membiarkanku tidur di pangkuannya" katamu tegas.
"Memang aku suka hujan tapi aku tak suka langit yang selalu memberi harapan palsu. Ia memunculkan senja tak tepat waktu", timpalmu.
"Bagaimana kalau menemukan langit di tempat tidurmu?" tanyaku.
"Aku akan memintanya menempatkan hujan di sekeliling rumahku"
Di beranda rumah, kau saksikan hujan datang malam itu agak malu-malu
Seperti kekasih, ia membuatmu kehilangan jalan menuju tempat tidur.
Kau kemudian menulis satu larangan:
"Cukup!"
Aku ingin berada di antara orang yang patah hati, merenggut kebahagiaan sendiri sampai matahari terbit
Kemudian terbangun saat hujan pulang ke langit.
Lewaji, 30 Januari 2023
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H